Mulyanto: Impor Bukan Solusi Atasi Harga Gas Dalam Negeri

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com| Impor bukan solusi tepat mengatasi tingginya harga jual gas. Karena itu, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI menolak rencana Pemerintah dibawah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan impor untuk menekan harga jual gas untuk kalangan industri di dalam negeri.

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI, Mulyanto kepada Beritalima.com, Minggu (12/1) mengatakan, impor bukan solusi tepat untuk mengatasi harga jual gas yang dinilai masih tinggi. Pemerintah, jangan terjebak oleh permainan spekulan yang mengiming-imingi harga murah.

“Harga murah itu hanya pada awalnya saja. Dan, ini justru akan merusak tata kelola gas dalam negeri. Untuk jangka pendek opsi impor mungkin terkesan menarik karena pihak produsen menjanjikan harga lebih murah. Tapi kita tidak bisa jamin harga ini bisa berlaku untuk jangka waktu yang lama,” tegas Mulyanto.

Daripada mengimpor gas, kata Mulyanto, sebaiknya Pemerintah melakukan efisiensi produksi dan transportasi. Sejauh ini tingginya harga gas ke kalangan industri justru disebabkan tingginya harga produksi di hulu dan transportasi.

“Pemerintah jangan hanya mencari manfaat jangka pendek. Kalau impor gas dilakukan bukan tidak mungkin justru akan mengganggu keberadaan kilang-kilang gas yang berproduksi selama ini,” kata Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI itu mengingatkan pemerintah.

Selain melakukan efisiensi, wakil rakyat dari Dapil III Provinsi Banren ini juga mendesak Pemerintah menambah kuota Domestic Market Obligation (DMO). Ini perlu untuk menjamin ketersediaan gas bagi kalangan industri dan masyarakat.

“Apalagi, paradigma kebijakan energi kita kan menjadikan gas bukan sekedar komoditas ekonomi, tetapi gas juga sebagai sumber daya untuk mendorong pembangunan. Kita dukung pemerintah meningkatkan DMO gas gunau menurunkan harga jual. Kalau impor, kita tolak,” kata Mulyanto.

Menurut Anggota Komisi VII DPR RI itu, saat ini saja defisit neraca berjalan Indonesia sudah besar akibat impor minyak olahan, yang berkontribusi mencapai 30 persen dari total defisit transaksi berjalan. “Angka tersebut dipastikan naik jika ditambah adanya impor gas,” demikian Mulyanto. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *