JAKARTA, Beritalima.com– Elemen masyarakat perlu dibangkitkan semangatnya untuk terlibat dalam pelaksanaan pemilu serta memiliki keberpihakan kepada perbaikan kualitas demokrasi di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua DPD RI, Akhmad Muqowam dalam Dialog Interaktif bertajuk “Pemilu dan Problematikanya” di Kantor DPD RI Jawa Tengah, Selasa, (26/2).
Dijelaskan, pelaksanaan pemilu disadari atau tidak, semakin terlihat sebagai rutinitas semata. Penyelenggara pemilu melakukan tugasnya secara maksimal. Namun, pemilih justru semakin menunjukkan sikap pragmatis.
Penyelenggara sudah tidak karuan dalam persiapan, apalagi pemilih bersikap pragmatis. Apakah akan sebanding dengan mahalnya persiapan dan tenaga yang terkuras.
Poblemnya semakin kesini pragmatis lebih mengemuka dibandingkan ideologi dan nilai-nilai. Pemilih lebih memilih politik uang dibandingkan hati nuraninya untuk memilih calon legislatif yang memang berkualitas.
Dikatakan politisi senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut, politik seharusnya memiliki dampak positif bagi masyarakat, begitu juga pelaksanaan pemilu seharusnya memberikan jaminan akan situasi yang lebih baik untuk kehidupan masyarakat pemilih.
“Demokrasi masih jadi pemilihan terbaik untuk negara ini dan jangan pernah berfikir untuk menghilangkannya. Apa yg dilakukan KPU dan lembaga penyelenggara pemilu lainnya sudah maksimal kurang apa lagi. Yang terjadi kemudian bertepuk sebelah tangan,” tambah Muqowam.
Untuk itu, Muqowam menilai, peserta pemilu dalam hal ini partai politik dan calon legislatif menjadi kunci dalam memberikan kualitas demokrasi yang lebih baik. Yaitu dengan memperbaiki kualitas caleg.
Pada sisi lain, pemilih juga harus menyadari bahwa upaya perbaikan kualitas kehidupan bangsa tidak terlepas dari pilihan mereka pada saat proses pemilu.
Komisioner KPU Jawa Tengah, Paulus Widiyantoro mengatakan, sebagai penyelenggara pemilu, KPU memiliki kewajiban untuk mendidik pemilih agar sadar hak dan kewajibannya. Sedangkan pendidikan politik menjadi kewenangan parpol dan peserta pemilu.
Ditambahkan, penyelenggara, peserta dan pemilih harus koreksi diri dan menyadari pentingnya pelaksanaan pemilu untuk masa depan bangsa yang lebih baik.
“Penyelenggara, peserta dan pemilih, harus ada niat baik dari semua pihak, kalau seluruh pihak memang berniat untuk menghasilkan pemilu yang berkualitas. Maka kami mengajak semua pihak melalui perannya masing-masing,” ujar Paulus.
Senada dengan Paulus, Ketua Bawaslu Provinsi Jawa Tengah, Fajar Saka mengatakan, pihaknya mengutamakan pencegahan tentang apa yang boleh dan tidak dilakukan calon legislatif. Jika upaya sosialisasi ini tidak berhasil, mdilakukan penindakan.
Ditambahkan, untuk menghentikan politik uang adalah dengan pendidikan politik karena hal itu merusak proses demokrasi. Pihaknya sudah mensosialisasikan bahwa akan dilakukan penindakan dalam aspek pidana untuk yang terbukti melakukan pelanggaran.
“Termasuk mensosialisasikan pihak-pihak yang telah terbukti melakukan pelanggaran dan dihukum secara pidana, tujuannya untuk menimbulkan efek jera,” tambah dia.
Kadiv Humas Kepolisian Jawa Tengah, Agus Triatmaja menjelaskan, pihaknya telah mendeteksi berbagai potensi konflik termasuk memetakan daerah yang rawan konflik.
Selanjutnya, menyusun strategi pengamanan sesuai dengan potensi tiap-tiap daerah. “Setiap tahapan pemilu selalu dilakukan penjagaan, dengan jumlah personil yang berbeda-beda melihat dari kategori kerawanan daerah. Sehingga kami berharap pemilu berjalan dengan lancar dan tidak perlu ada yang dikhawatirkan,” demikian Agus Triatmaja. (akhir)