Pamekasan- Nahdliyin Bergerak (NABRAK) kemarin mengadakan kegiatan Istighotsah dan doa bersama untuk korban erupsi Gunung Semeru secara hybrid di Ponpes Sumber Anom Angsanah Palengaan Pamekasan, yang dipimpin oleh KH Muqsith Idris, Pengasuh Ponpes An-Nuqoyah Guluk-guluk Sumenep dan Kyai Ahmad Jakfar Abdul Wahid, Pengasuh Ponpes Darul Ulum II Gersempal Sampang, sekaligus Pembina pusat SITQON.
Selain kedua ulama sepuh Madura tersebut, hadir juga secara daring dan luring :
1. KH.R. Zainuddin Husni, Pengasuh Majelis Dzikir dan Pondok Pesantren Tarbiyatul Qulub Surabaya;
2. Dr RPA KH Ahmad Mujahid Anshori, Pengasuh Majelis Dzikir Al-Mumtaz Surabaya;
3. KH Muhdar Qorib, Pengasuh Ponpes Miftahul Ulum, Beringin, Angsanah, Palengaan, Pamekasan;
4. KH Wasik Hamzah, Pengasuh Ponpes Tamansari Pamekasan;
5. RKH Makki Nasir, Korda NU Madura;
6. KH Itqan Bushiri, Ketua PCNU Sampang;
7. KH Taufik Hasyim, Ketua PCNU Pamekasan;
8. Firman Syah Ali, Korpus NABRAK;
9. K Moch Zain, Ketua Umum GMNU;
10. KH Abdul Hamid Roqib, Wakil Korpus NABRAK;
11. KH Ahmad Qusyairi Zaini, Korda NABRAK Sumenep;
12. K Taufiqur Rahman, Korda NABRAK Pamekasan;
13. K Faisal Rmadhani, Korda NABRAK Sampang;
14. dll
Kegiatan Istighotsah tersebut diikuti oleh pondok-pondok pesantren dan warga nahdliyin se-madura dan tapal kuda secara daring melalui aplikasi zoom.
Dalam sambutannya, Koordinator Pusat NABRAK Firman Syah Ali menjelaskan bahwa sedianya kemarin NABRAK mau aksi turun jalan untuk menyuarakan dugaan kuat keberpihakan Aparat Penegak Hukum (APH) kepada gerombolan pengacau keamanan dan ormas biang keonaran di Madura, terbukti ketika mereka aksi APH bukan membubarkan malah mengawal. Tapi karena tiba-tiba terjadi bencana erupsi gunung semeru maka NABRAK mengubah kegiatan aksi turun ke jalan menjadi Istighotsah untuk korban erupsi gunung semeru.
“Awalnya hari ini kita mau aksi turun jalan secara serentak menuju Mapolres Bangkalan, Mapolres Sampang, Mapolres Pamekasan dan Mapolres Sumenep untuk menyuarakan kekesalan dan dugaan keberpihakan APH terhadap ormas bermasalah di Madura. Tapi karena tiba-tiba gunung semeru meletus dan merenggut banyak korban jiwa, rasanya tidak berperikemanusiaan, tidak punya empati kalau kita tetap lakukan aksi turun ke jalan, maka kegiatan aksi turun ke jalan tersebut kita alihkan jadi kegiatan istighotsah secara hybrid untuk mendoakan korban erupsi Gunung Semeru” ucap Firman Syah Ali IKA PMII Jatim ini.
“Tentu saja selain berdoa, NABRAK telah berikhtiar membantu korban erupsi secara fisik dengan menerjunkan relawan ke lokasi bencana. Aktivitas para relawan NABRAk di lokasi bencana dipimpin oleh Korda NABRAK Lumajang. Mari kita berdoa semoga lumajang segera recovery” pungkas Pengurus Harian LP Ma’arif NU Jawa Timur ini.
Ironisnya, bersamaan dengan kegiatan istighotsah NABRAK tersebut, sekelompok masyarakat malah menggelar aksi massa di Kota Pamekasan dengan tuntutan yang bersifat politis karena membela tokoh-tokoh radikal, kriminal dan pembuat onar. Bahkan mereka menjadikan Masjid Jami’ sebagai lokasi orasi tanpa seijin Takmir.