JAKARTA, Beritalima.com– Anggota Komisi VI DPR RI, Hj Nevi Zuairina memanfaatkan waktu luang bertemu konstituen dengan cara mengunjungi mereka yang tersebar di Kabupaten/Kota di Dapil II Sumatera Barat.
Terakhir, politisi senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut berkumpul dengan jurnalis. Nevi berdialog lepas dengan awak media. Mereka bertukar pikiran, memberikan ide-ide terbaik bagaimana cara membangun bangsa kedepan dimulai dari daerah, minimal Sumatera Barat.
Nevi menilai, media atau pers merupakan pilar keempat demokrasi. Pers berdasarkan UU tentang Pers menjadi bagian tidak terpisahkan dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Karena itu, penyajian berita pers harus mengacu kepada Pancasila dan UUD 1945 serta menjamin utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pers yang sehat, kokoh dan berkarakter akan menafikan media abal-abal dan informasi hoaks.
Pondasi kehidupan pers kekinian adalah kebebasan. Namun, tidak sekedar pers bebas sebab ada pagar insan pers yaitu pondasi bangsa dan Kode Etik Jurnalis yang diatur dalam UU tentang Pers. Hoaks yang kini mengancam sendi-sendi berbangsa dan bernegara, mesti dihapus.
“Pers lah sebagai garda terdepan meniadakan hoaks, dengan penyajian berita berimbang, chek and balance tanpa menghilangkan peran sebagai alat kontrol sosial dan edukasi secara tetap teguh dengan kepentingan masyarakat luas menyandarkan diri pada prinsip humaniti.” kata Nevi.
Politisi berhijab ini menyampaikan, peran penting yang tidak kalah besar bagi insan pers adalah penyajian informasi dengan prinsip keberimbangan tidak menjusdge sebuah peristiwa.
Soalnya, berita pers berdasarkan kode etik jurnalis itu tetap tidak sebagai kebenaran absolut. Informasi yang disajikan pers tetap menjadi kebenaran relatif. “Berita pers tidak menjadi penghakim di luar lembaga peradilan,” jelas Nevi.
Acara berlangsung santai dan serius penuh keakraban yang menguatkan ide akan selalu menjadi tumpuan akhir memberengus dan padamkan hoaks yang ada khususnya di wilayah Sumatera Barat.
Tentunya komitmen bersama ini ketika diimplementasikan di lapangan akan berat karena saat menyajikan sebuah informasi, mesti menggali dan mencari data serta argumentasi dari sumber resmi dan mensinergikan dengan fakta di tengah kehidupan masyarakat.
“Saya sangat bangga kepada rekan-rekan jurnalis yang selalu hadir dan memiliki andil mematahkan hoaks yang viral, berita tendensius SARA. Kebanggan ini semakin sempurna manakali sajian informasi ini telah mengacu kepada kode etik jurnalis,” tutur Nevi.
Dalam dialog itu, awak media tidak segan atau sungkan memberi kritik, masukan dan usulan yang membangun. Meski dengan bahasa yang sangat terbuka, tapi tetap santun dan penuh keakraban.
“Saya mengajak semua yang hadir disini bekerja, bersinergi, berkolaborasi untuk Indonesia lebih baik. Insan pers itu seperti amplifire yang menggema dalam mendidik masyarakat. Jangakauannya sangat luas dan masuk pada sudut-sudut terjauh wilayah negara kita,” demikian Hj Nevi Zuairina. (akhir)