beritalima.com | Banyak orang menghabiskan waktu muda untuk bermain dan berkumpul dengan teman-teman sebaya. Berbeda dengan Adit, salah satu mahasiswa jurusan keperawatan yang justru berjuang untuk membantu meringankan beban orang tuanya.
Sejak lulus SMA, Adit melanjutkan pendidikannya sebagai mahasiswa keperawatan pada perguruan tinggi swasta di daerah Jakarta Timur. Adit adalah orang yang ramah dan aktif dalam dunia perkuliahannya, ia mengikuti salah satu organisasi dalam kampusnya yaitu menjadi anggota BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Selain menjadi seorang mahasiswa, Adit memiliki aktivitas lainnya di luar kampus, yaitu sebagai driver ojek online.
Adit membagi waktunya sebagai mahasiswa dan sebagai driver ojek online. Walaupun hanya sekedar driver ojek online, Adit tidak merasa malu menjadikan pekerjaan itu sebagai alasan untuk tidak ikut bermain bersama teman-temannya. Saat setelah kuliah, Adit menjalankan pekerjaannya sebagai driver ojek online. Adit memiliki target sebanyak 10 trip dalam sehari. Alasan Adit memilih driver ojek online dalam aktivitas di luar kampus adalah ingin memiliki uang sendiri dan mengurangi beban orang tuanya.
Kesedihan Adit dimulai pada saat wabah virus corona mulai menyebar di Indonesia. Orang tua merasa khawatir jika Adit terus melanjutkan pekerjaannya sebagai driver ojek online, karena tidak mau anaknya tertular. Tetapi pada akhirnya Adit diperbolehkan lagi untuk mencari orderan yang berupa mengantar makanan atau barang. Sayangnya, pada kondisi wabah ini pelanggan lebih sepi dari biasanya hingga Adit tidak mendapatkan pemasukan sesuai target dari pekerjaannya.
Keinginan Adit dalam mencari uang semakin besar saat diketahuinya bahwa usaha orang tuanya tidak stabil. Adit yang menyadari pemasukan sebagai ojek online semakin menurun, tetap bersemangat dan bekerja keras. Selain mengantarkan pesanan makanan pelanggan, tidak jarang Adit membantu mengantarkan barang-barang sembako dari rumah ke rumah melalui aplikasi ojek online tersebut.
Meskipun pesanan yang masuk dalam aplikasi tidak sebanyak biasanya, Adit bersyukur karena terkadang mendapatkan pelanggan yang berbaik hati untuk berbagi. Saat itu, Adit memesan sate untuk pelanggan yang mengorder makanan, namun pelanggan tersebut memberikan makanan yang telah dipesan dan dibayar kepada Adit. Adit merasa sangat senang dan bersyukur, sebelum pergi untuk mencari orderan pada hari itu, Ibu berkata, “Bang, Mama mau sate buat buka puasa sama sahur.”
Adit pulang berselimut perasaan senang dengan membawa makanan yang telah diberikan pelanggannya tersebut.
Adit sadar atas pekerjaan yang dilakukan dengan giat dan ikhlas, mendapatkan hasil yang tidak akan sia-sia, hingga Adit dapat meringani beban orang tuanya karena memiliki uang sendiri tanpa harus meminta. Meskipun mendapat kesulitan pada masa wabah virus, Adit tetap bekerja untuk membantu orang lain dalam mengantar barang atau makanan setelah aktivitas kuliahnya. (Hafidjah Nuraulia S)