Ning Lia Bahas Indonesia Krisis Kepekaan Sosial Diacara Kompi

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com | Komunitas Millenial Peduli Indonesia, atau disingkat Kompi, untuk kesekian kali mengadakan cangkrukan sore-sore. Komunitas yang dikomandoi oleh Nicodemus Raphonde ini memang cukup berperan dalam pencarian figur pengganti Tri Rismaharini seperti yang diharapkan oleh masyarakat Surabaya.

Mahendra, wakil ketua Kompi yang pada diskusi 21 agustus kemarin didapuk sebagai moderator, mengklaim bahwa Kompi memiliki jaringan 1500 kaum millenial. Pada kesempatan cangkrukan bertema Generasi Millenial Bermodal Sosial tersebut, Kompi mendapuk Lia Istifhama (Ning Ceria) dan Pieter J Manoppo (aktivis dan ahli bedah) sebagai narasumber.

Lia memulai pemaparannya dengan membahas pentingnya modal dan kepekaan sosial. Pasalnya, jika sampai mengabaikan krisis kepekaan sosial, maka yang terjadi dapat berujung pada konflik. Dan saat ini Indonesia sudah mengalami darurat kepekaan sosial.

“Bullying, cacian haters di sosial media, pertikaian hanya karena berita hoax ataupun sikap hyperbola, merupakan alasan mengapa modal sosial, kepekaan dan kepedulian sesama manusia, penting kita perhatikan. mungkin kita sekarang masih enjoy saja karena tidak ada satupun dari kita yang mengalami situasi, perlakuan sosial yang tidak nyaman,” ungkap Lia.

Wanita yang akrab disapa Ning Lia ini menyampaikan bahwa indikasi krisis kepekaan sosial adalah merajelelanya perundungan atau bullying.

“Tanpa kita memahami perasaan yang dibully, kadang kita tanpa sadar melakukan. Makanya kepekaan sosial ini penting,” ujar keponakan Gubernur Jawa Timur, Khofifah ini.

Lantas bagaimana solusinya, menurut Lia salah satunya yang nyata adalah melalui keluarga. “Kenapa? Kunci pertama membangun modal sosial dan kepekaan sosial adalah keluarga. Bagaimanapun juga hubungan orang tua-anak merupakan kunci,” pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, dalam diskusi bertajuk ‘Generasi Millenials Bermodal Sosial’ ini, praktisi sosial Peter J. Manoppo sepakat dengan pendapat Lia. Ia pun memiliki langkah sederhana untuk bisa mengembangkan modal sosial serta kepekaan sosial.

“Kepekaan sosial bisa diawali salam dan senyum dengan siapapun yang ada di sekitar kita,” katanya.

Di sisi lain, rendahnya kepekaan sosial menurut Peter diawali dengan rendahnya toleransi. “Sekarang ini banyak orang yang menginginkan orang lain untuk menjadi apa yang dia mau. Nggak bisa itu begitu,” pungkasnya.

Sebagai, Komunitas Milenial Peduli Indonesia (KOMPI) Surabaya merupakan organisasi yang menaungi kalangan millenials. Dalam kesempatan berbeda mereka telah melakukan riset terkait bursa Pilwali Surabaya.

Beberapa nama masuk dalam penjaringan. Diantaranya adalah Whisnu Sakti Buana (Wakil Wali Kota Surabaya), Dhimas Anugrah (politisi muda Partai Solidaritas Indonesia), dan Gus Hans (Sekjen Jaringan Kiai Santri Nasional), Eri Cahyadi (Kepala Bappeko Surabaya, dan Lia Istifhama (aktifis). [red]

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *