Nuansa Pantai Totaleh Dengan Segala Keunikannya

  • Whatsapp
Pantai Nirwana Totaleh yang berlokasi di desa Lapa Laok Kecamatan dungkek kabupaten Sumenep

SUMENEP, beritaLima – Nirwana Totaleh Beach adalah salah Wahana Wisata yang berada diwilayah desa Lapa Laok Kecamatan Dungkek Sumenep.

kawasan Totaleh ini terdapat simbol – simbol

Tionghoa Kuno yang hijrah dari Semarang pada zaman peperangan sekira abad ke – 15 silam.

Nama Dungkek atau nama kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur ini seringkali dikaitkan dengan komunitas muslim Tionghoa. Bahkan, seringkali dijadikan penelitian sejumlah mahasiswa dan akademisi lainnya.

Nama “Dungkek” ternyata mempunyai dua versi, dalam catatan budaya-tionghoa.net, disebutkan bahwa asal muasal kata Dungkek adalah ‘dong kek’  (tongke 通客) atau tempat masuknya para pendatang dari Tiongkok (sengkek新客 ).

Versi kedua, Dungkek adalah ‘madung singkek’ yang mengandung arti ‘ singkek yang menggali batu’ atau juga ‘dudung singkek’.

Pada abad ke 18, Marga Tjoalah yang pertama datang sebagai tukang batu untuk menggali batu dan memahat batu yang digunakan sebagai bahan bangunan untuk gapura Masjid Agung Sumenep yang dibangun pada tahun 1779 dan juga Keraton Sumenep yang dibangun pada tahun 1781.

Tak heran kalau dikecamatan dungkek terdapat banyak makam cina, dan sampai sekarang. Pedagang-pedagang di Dungkek juga banyak masyarakat Cina.

Dari dua asal asul kata dungkek, keduanya sama-sama kuat dan ditandai dengan bekas-bekas peninggalan sejarah masing-masing. Dan tiap-tiap pendapat yang dikemukakan mempunyai landasan masing-masing.

Saat ini, di Desa Lapa Laok dan Dungkek memang banyak Peranakan pemakaman Komunitas Muslim Tionghoa. “Di lokasi pemakaman itu memang benar nisannya tetap bernuansa Tionghoa, tapi yang sudah masuk agama Islam diatasnya ada nisan bercirikan Islam,” kata K. Khadari salah satu tokoh masyarakat desa Dungkek yang juga merupakan keturunan Tionghoa.

Ia juga mengaku jika buyutnya juga warga keturunan Tionghoa. “Buyut saya juga Tionghoa, dan semua keturunannya memeluk agama Islam,” terangnya.

Komunitas muslim Tionghoa hidup rukun dengan warga setempat. Selain mereka kebanyakan memeluk agama Islam juga telah melakukan perkawinan dengan warga pribumi. “Ada juga, yang keturunannya hidup di Surabaya, tapi sewaktu-waktu tetap pulang ke Dungkek,” ujarnya.

Warga Tionghoa yang bertempat tinggal di Dungkek, memang masih ada yang memeluk agama Kong Hu Cu dan Kresten, namun tetap hidup rukun dengan lingkungan sekitar. “Komunitas warga Tionghoa masih tetap kental dangan budayanya sendiri,” tandasnya.

Sementara untuk nama Totaleh sendiri adalah merupakan simbol dimana warga Tionghoa yang pertama kali masuk ke dungkek dengan mengendarai Perahu dan menambatkannya disebuah batu besar yang ada ditengah laut. “hingga kini tempat ini dinamakan Totaleh yang dilengkapi tempat beristirahat dan MCK (Toilet).  Konon menurut cerita para terdahulu, Bhujuk Totaleh dikubur ditangah laut yang berada didusun Totaleh”, tutur Khadari.

Totaleh ini suasananya sangat nyaman, indah dan rindang, banyak penduduk desa setempat dan desa lainnya datang ke Totaleh untuk sekedar beristirahat dan bahkan Tirakat dan menenangkan hati serta fikiran dengan berdiam beberapa waktu di Totaleh. imbuh K. Khadari.

 

(An)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *