SURABAYA, beritalima.com – Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo memberikan apresiasi kepada 500 Seniman berprestasi dan Budayawan se Jawa Timur di Gedung Pertemuan Dinas Pariwisata prov. Jatim, rabu (14/6). Apresiasi yang diwujudkan dalam bentuk sembako dan uang tali asih ini antara lain dimaksudkan untuk membangun tali silahturahmi antara pemerintah dan seniman serta pengembangan senibudaya di jatim sehingga tetap lestari.
“Pemprov. Jawa Timur tidak pesimis, sebaliknya optimis dengan budaya Jawa Timur Alasannya, anak- anak muda Jawa Timur sangat luar biasa dalam mencintai kesenian dan buday mereka,” ujarnya.
Menurut Pakde Karwo-sapaan akrab Gubernur Jatim, masyarakat dengan peradaban baik ditandai dengan perkembangan seni dan budayanya yang berkembang dengan baik. Ini terlihat dari budayanya yang lestari dan diskusi-diskusi budaya yang senantiasa berjalan,seperti kondisi di Jatim. “Jatim mampu melestarikan kesenian dan kebudayaan Jawa Timur, seperti budaya mataraman, budaya arek, budaya osing, budaya Madura, dsb-nya,” ujarnya.
Selain itu, berbagai kegiatan tentang kebudayaan baik tingkat nasional maupun regional dipastikan Jawa Timur menjadi tempat dan sekaligus sebagai penyelenggaranya. Kalaupun tempat seminar budaya diadakan di daerah lain, misalnya Jawa Tengah atau Yogjakarta, dukungan finasial juga tetap diberikan Jawa Timur. “Tanpa finasial pasti panitia tidak bisa bekerja,” ujarnya yang menjadikan hadirin tepuk twngan dan tertawa. Artinya, lanjut Pakde Karwo, Jawa Timur juga menjadi provinsi yang sangat peduli terhadap kesenian dan budayanya.
Budaya Basis Solusi Penyelesaian Konflik
Menjawab pertanyaan wartawan usai kegiatan terkait budaya dan konflik, Pakde Karwo menjelaskan ideologi, cara pandang, agama, dsb-nya pasti memiliki perbedaan. Tapi begitu berbicara budaya maka akan menjadi satu. Oleh karena itu, penyelesaian konflik agar didasarkan pada budaya.
Ini sudah terbukti, lanjut Pakde Karwo, saat para wali menyebarkan agama islam dengan pendekatan budaya, dan tidak ada konflik. Dicontohkan pengembangan Islam di Kudus, karena setempat tidak boleh menyembelih sapi, maka yang disembelih adalah kerbau. Itu merupakan bentuk penghormatan budaya setempat. Berbeda dengan misalnya di negara-negara Arab yang sampai dengan saat ini masih terjadi konflik, karena tidak menggunakan pendekatan budaya didalamnya.
Dalam kesempatan sama, Pakde Karwo juga mengingatkan peran penting seniman sebagai penjaga persatuan dan kesatuan, nilai-nilai kebudayaan, dan terakhir penjaga nilai-nilai keadilan di masyarakat. Dicontohkan, apabila terdapat ketidak adilan, maka seniman akan melakukan berbagai protes, seperti lewat puisi, fragmen-frakmen, atau kesenian lain yang menceriterakan tentang keadilan.
Terkait pertanyaan masa depan seniman yang belum menjanjikan, Pakde Karwo menjelaskan berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat. “Tugas Gubernur meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya,”ujar Pakde Karwo sambil menambahkan apabila kesejahteraan masyarakat naik maka kesejahteraan seniman otomatis juga naik karena ada yang ” nanggap”.
Artinya, kalau kebutuhan dasar masyarakat tercukupi , maka masyarakat akan melakukan rekreasi, sehingga senimannya juga akan laku dan sejahtera. Sebaliknya, kalau kondisi masyarakat tidak sejahtera dan kebutuhan makan minumnya tidak tercukupi, otomatis keadaan para senimanannya juga tidak sejahtera karena tidak laku,” ujarnya. (Rr)