SURABAYA, beritalima.com – Kunci sukses sebagai pemimpin daerah yang baik harus belajar dari masyarakat. Pemimpin harus selalu dinamis mengikuti kepentingan-kepentingan yang dibutuhkan masyarakat.
“Kita tidak bisa mundur dari demokrasi. Pemimpin harus terus belajar dari masyarakat dan melibatkan mereka dalam pengambilan kebijakan,” ujar Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo saat menghadiri Temu Tokoh Jawa Timur yang bertema “Siapa dan Bagaimana Jatim Pasca Pakde Karwo, Kebijakan Populis Pakde Karwo” di Gedung Robotika ITS Surabaya, Selasa malam (23/5).
Pakde Karwo sapaan lekat Gubernur Jatim menjelaskan, proses kepemipinan atau leadership yang baik adalah pemimpin daerah bersama masyarakat merumuskan kebijakan dan berjalan bersama memajukan daerahnya. Masyarakat yang dipimpin ikut diajak bicara mengenai apa yang disenangi dan cocok di dalam kehidupan.
Pihaknya menamakannya sebagai demokrasi partisipatoris, yang merupakan budaya khas Jatim. Dalam hal ini, pemerintah memberikan kesempatan bagi seluruh stakeholder dan masyarakat untuk menyampaikan pendapat. Sehingga, terbangun demokrasi yang menciptakan situasi aman dan nyaman di Jatim. “Semoga budaya khas Jatim ini dapat kita pertahankan bersama,” tuturnya.
Lebih lanjut disampaikannya, di Jatim, masyarakat membuat perjanjian dengan pemerintah atau yang biasa disebut dengan citizen charter. Contohnya, pelayanan Puskesmas biasa dibuka pada pukul 07.00 s.d. 12.00, tetapi karena masyarakatnya petani ingin pelayanannya dibuka mulai pukul 16.00 hingga 22.00. Melihat kondisi masyarakat, permintaan tersebut dikabulkan oleh bupati setempat. “Ini bagus sekali sebab mampu memberikan warna tersendiri. Mengaplikasikan demokrasi terhadap budaya,” imbuhnya.
Menurut Pakde Karwo, kesalahan yang paling serius bagi seorang pemimpin daerah adalah memaksakan pikirannya kepada masyarakat, agar masyarakat mengikuti pemikiran itu. “Pemikiran yang otoriter memang bisa memaksakan kehendak dengan baik. Namun hal tersebut bisa menimbulkan petaka yang luar biasa, akan ada lack antara pemikiran pemimpin dengan masyarakat,” tegasnya.
Untuk menghindari hal tersebut, lanjut Pakde Karwo, para pemimpin daerah harus membuka ruang publik atau public sphere sebanyak-banyaknya dan berkomunikasi dengan berbagai lapisan masyarakat. “Bukan mengedepankan budaya tanding, tetapi mengutamakan kebersamaan, serta membuka ruang publik yang luas kepada masyarakat,” jelasnya.
Sebelum mengakhiri acara tersebut, Pakde Karwo mengingatkan kepada calon gubernur, keberhasilan Jatim merupakan pembangunan yang bersifat agregat. Artinya merupakan kumpulan bupati dan walikota yang hebat yang membuat provinsi juga menjadi hebat. “Kalau dekat dengan bupati/walikota itu akan sama-sama berjalan, Maka pembangunan secara agregat itulah yang menjadi bagian bersama,” imbuhnya.
Sementara itu, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi RI Prof. Dr. Moh. Mahfud MD mengatakan, faktor yang sangat penting adalah leadership. Di Jatim, Pakde Karwo sudah berhasil menghasilkan kebijakan yang populis pro rakyat, Artinya, tidak hanya berhasil dalam ekonomi, tetapi sikap sosial dan politik juga dilakukan dengan sangat baik.
“Pakde Karwo sangat merakyat, mengetahui cara bergaul dengan masyarakat. Semua bersatu dibawah satu komando. Populisnya tidak hanya bidang ekonomi, tetapi juga bagaimana hubungan sosial politiknya dibangun,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Airlangga Surabaya Prof. Dr. Mohammad Nasih mengatakan, kepemimpinan Pakde Karwo selalu menggunakan pendekatan sustainable development dalam setiap kebijakannya. Pendekatan tersebut memiliki tiga ciri yakni menggunakan pengetahuan, memecahkan permasalahan hingga keakarnya, dan pembangunan yang dilakukan secara inklusif.
Temu Tokoh Jawa Timur diadakan untuk memperingati HUT ke-9 Bios TV yang dihadiri Gubernur Jatim Pakde Karwo, Mantan Ketua MK Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, Komisaris Utama Pelindo III Hari Bowo, Wakil Ketua Umu DPP Demokrat Nurhayati Assegaf, Rektor ITS Prof. Joni Hermana, Bupati Ngawi Budi Sulistiyono, Wakil Ketua DPRD Jatim Kusnadi, SH, M.Hum, (rr)