Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo menawarkan konsep Jatimnomics dalam mengatasi krisis ekonomi yang melanda dunia kepada cendekiawan ekonomi dalam forum International Seminar Postgraduate Director Forum The 38th dengan teman Challenges adn Opportunities of ASEAN Economy Challenge di Hotel Bela, Kota Ternate, Maluku Utara, Selasa (20/9).
Ia menuturkan bahwa konsep Jatimnomic merupakan langkah tepat hadapi krisis karena didalamnya terdapat strategi pembangunan ekonomi yang fokus memperkuat tiga aspek utama, yakni strategi peningkatan produksi untuk menghasilkan daya saing produk, baik skala UMKM dan besar, strategi pembiayaan yang kompetitif melalui linkage program (Pemprov-Bank Jatim-BPR Kab/Kota), dan strategi pemasaran yang kompetitif melalui 26 Kantor Perwakilan Dagang (KPD) yang didukung oleh Asosiasi Asisten Perekonomian dan Pembangunan untuk mendukung perdagangan komoditi antar Provinsi. “Perkuatan tiga aspek ekonomi, yakni produksi, pembiayaan yang kompetitif dan pemasaran ini saya namakan “Jatimnomic”. Inilah trisula strategi pembangunan kami untuk menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan juga menghadapi krisis global mendatang,” ungkap Pakde Karwo sapaan akrab Gubernur Jatim.
Untuk industri kecil, ujarnya khususnya UMKM, skemanya adalah stimulasi permodalan. Untuk mendapat akses modal, UMKM terkadang mengalami ketidakadilan jika dibanding perusahaan besar. Karena itu, Pemprov Jatim telah menganggarkan APBD sebesar Rp 400 miliar untuk stimulus bagi UMKM. Skemanya, dana Rp. 400 miliar tersebut disalurkan kepada Bank Jatim dengan bunga 2% per tahun, kemudian Bank Jatim berperan menjadi APEX Bank untuk BPR di Jatim dengan suku bunga kredit efektif sebesar 6% per tahun, lalu BPR diperkenankan menyalurkan dana kepada UMKM dengan suku bunga satu digit per tahun.
“Disini peran negara harus hadir untuk membantu UMKM dan koperasi agar bisa bersaing dalam pusaran perdagangan internasional, khususnya di MEA,” ujar Pakde Karwo yang disambut tepuk tangan peserta seminar dari seluruh Indonesia yang mengampu program Pasca sarjana bidang ekonomi.
Dalam memasuki pasar global, ucapnya khususnya MEA harus ada beberapa persiapan yakni pasar tunggal dan basis produksi dipersiapkan mulai aliran arus barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja yang terlatih. Kemudian harus dipersiapkan kawasan ekonomi yang kompetitif diantaranya menyiapkan kebijakan, adanya proteksi terhadap konsumen, diaturnya hak kekayaan intelektual (HAKI), pembangunan infrastruktur, dukungan perpajakan dan diperkuatnya e-commerce.
Persiapan yang lain adalah pembangunan ekonomi yang merata dimulai dengan pembangunan UMKM dan Initiative for ASEAN Integration (IAI) yang bertujunan mengurangi gap pembangunan internal ASEAN. Yang terakhir adalah integrasi dengan perekonomian global dimana harus dilakukan pendekatan koheren dalam hubungan ekonomi eksternal dan meningkatkan partisipasi dalam global supply network.
Ia menjelaskan kondisi regional Jatim pada semester I tahun 2016 dimana pertumbuhan ekonomi Semester satu tumbuh 5,55 persen dan pertumbuhan PDRB sebesar Rp. 903,01 triliun , perdagangan Jatim dengan ASEAN surplus USD 89,018 juta dan total realisasi investasi pada semester I sebesar Rp. 71,62 triliun.”Jatim menyumbang 14,98 persen terhadap PDRB Nasional. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 diperkirakan terakselerasi dibandingkan tahun 2015 dengan didorong oleh kinerja konsumsi swasta, ekspor, dan investasi pemerintah. Akselerasi pertumbuhan ekonomi disertai dengan inflasi sesuai dengan target pencapaian inflasi. Pada akhir tahun 2016 diharapkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7 persen” paparnya.
Saat ini, ujar Pakde Karwo ada beberapa permasalah dalam peningkatan daya saing diantaranya sistem pembiayaan, deviasi yang sangat tinggi antara ijin prinsip dengan realisasi investasi khususnya pada penanaman modal asing (PMA), neraca ekspor – impor luar negeri sejak tahun 2011 – 2015 selalu defisit, selisih defisit juga semakin meningkat tiap tahunnya.” Mesikpun defisit ekspor impor senantiasa surplus karena kinerja perdagangan antar pulau yang bagus dimana sampai semester I tahun 2016 surplus Rp. 50,977 triliun,” ungkapnya.
Adapun strategi yang akan dilakukan dalam meningkatkan daya saing diantaranya pembangunan infrastruktur, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dan reformasi birokrasi. Dalam rangka pembangunan infrastruktur Pemprov Jatim membangun aksebilitas di beberapa wilayah diantaranya adanya pembangungan Pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo yang merupakan satu-satunya pelabuhan yang dikelola pemerintah daerah yang memberikan efisiensi 30 persen dan tidak kena daftar tunggu yang panjang.”Pemprov Jatim juga menyediakan kawasan industri bagi para investor yang akan berinvestasi dengan luas area sekitar 27.084 ha,” ucapnya.
Cara lain mengatasi problem SDM, maka Pemprov Jatim fokus kepada pendidikan vokasional agar tercipta SDM yang siap kerja. Pemprov Jatim merubah komposisi perbandingan antara SMA : SMK dari 30 : 70 menjadi 70 : 30. Tujuannya adalah menciptakan SDM yang memiliki keteramplan khusus sehingga bisa langsung masuk dunia kerja. Pemprov Jatim juga menyiapkan SMK mini untuk menciptakan sdm dengan keterampilan standart internasional dan mencetak wirausaha.
“Agar bisa diterima di dunia usaha, tenaga kerja asal Jatim juga dibekali dengan sertifikasi berstandar internasional. Jatim telah menjalin kerjasama dengan negara lain untuk memperoleh standarisasi internasional diantaranya pengiriman SDM ke Jerman, Jepang dan telah dilakukan MOU dengan Australia Barat perihal pendidikan vokasional serta pada 22 Maret 2016 lalu juga diadakan MOU antara Jatim dengan Amerika tentang community college dimana diajarkan keterampilan berstandart internasional. Sampai saat ini sudah ada 47.463 tenaga terampil dari Jatim yang telah tersertifikasi internasional” tambahnya.
Pemprov Jatim juga menyiapkan regulasi yang memberikan keuntungan bagi pengusaha yakni re-regulasi bagi UMKM agar semakin kuat sektor riil, Pemprov Jatim juga memberikan government guarantee bagi pengusaha yakni kemudahan perizinan, tersedianya lahan, tersedianya pasokan listrik, dan tersedianya SDM.
Pihaknya juga memperkuat perdagangan pasar dalam negeri, yakni dengan membuat kantor perwakilan dagang (KPD) di 26 provinsi di Indonesia. Dampak positif adanya KPD tersebut bisa dilihat dari nilai transaksi yang telah terjadi. Potensi transaksi perdagangan antar pulau setiap tahunnya meningkat, pada tahun 2011 mencapai Rp. 463,35 triliun, angka tersebut meningkat dua kali lipat pada tahun 2015 yakni sebesar Rp. 804,578 triliun. Pada tahun 2015 ada surplus sebesar Rp. 99,831 triliun. Sedangkan di luar negeri, Jatim berupaya meningkatkan nilai ekspor dibandingkan impor diantaranya melakukan kerjasama dengan Swiss, Tianjin Cina, Korsel, Belgia Shanghai China dan Osaka Jepang.”selanjutnya akan dibuka KPD di Ternate,”jelasnya.(**)