JAKARTA, beritalima.com | Menyadari jumlah penduduk terus bertambah, sementara luas lahan produktif pertanian semakin mengecil maka suatu saat akan masuk pada satu titik yang disebut rawan pangan. Rawan pangan bisa terjadi jika suatu daerah atau suatu negara tidak memiliki ketahanan pangan yang mumpuni. Ketahanan pangan tidak bisa dibayangkan dan dilamunkan saja, sebab ia akan benar – benar lahir jika ada perencanaan yang baik sejak dini. Atas dasar kesadaran kolektif inilah, maka Prawita GEPPARI membuat suatu Program yang disebut PAKET PANAS yang merupakat singkatan dari Penggerak Ketahanan Pangan Nasional. Hal ini merupakan kesadaran dari bawah yang lahir dari olah fikir dan cipta rasa akan masa depan umat manusia.
Ketua Umum Prawita Genppari Dede Farhan Aulawi menjelaskan bahwa program PAKET PANAS merupakan salah satu program unggulan organisasi yang dimotori langsung oleh Abah Eko di Tasikmalaya yang selalu membuat berbagai terobosan pangan dengan berbagai idenya yang luar biasa. Tidak terhenti sebatas ide saja, tetapi beliau juga langsung turun tangan dengan penuh ketekunan dan ketelatenan terus mewujudkan ide menjadi karya nyata. Semua dipersembahkan untuk bangsa dan negara secara ikhlas tanpa pamrih. Untuk itu Dede sangat mengapresiasi sekaligus memberi penghargaan yang setinggi – tingginya atas loyalitas dan dedikasinya dalam membantu mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Kemudian Dede juga menambahkan bahwa tahapan – tahapan pengujian yang terus berlangsung sampai saat ini menunjukan keberhasilan yang luar biasa. Kombinasi kajian ilmiah yang dibarengi dengan ketelatenan dipastikan bisa membuahkan karya yang terbaik. Untuk itu setiap lahan nganggur mulai saat ini harus produktif. Termasuk pemanfaatan lahan pekarangan seoptimal mungkin untuk produk pertanian yang memiliki nilai guna dan nilai manfaat yang tinggi. Jika saja setiap warga sudah menyadari pentingnya pemanfaatan lahan, maka lama kelamaan akan mampu mewujudkan Indonesia hijau dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Ujar Dede.
“ Jika ini terus digelorakan secara masif, terstruktur dan sistematis maka program ini diyakini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pola makan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA), karena basis filosofisnya membangun kesadaran kolektif setiap rumah tangga untuk menjaga ketersediaan dan kemandirian pangan dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarga “, tegas Dede.
Tak lupa Dede juga mengingatkan bahwa sehebat apapun fasilitas infrastruktur gedung dibangun, seberapa besarpun uang ditimbun jika tidak disertai membangun ketahanan pangan hanya akan menimbulkan berbagai gejolak sosial karena jurang kemiskinan dan kelaparan akan semakin besar. Terlebih siatusi pandemi covid 19 saat ini, seharusnya semakin menggugah kesadaran publik untuk kreatif dan produktif di rumah dengan memanfaatkan setiap jengkal lahan yang ada. Bahkan Genppari memiliki mimpi, untuk menghijaukan gedung – gedung diperkotaan agar atapnya produktif, hijau, nyaman terjadi peningkatan kadar kualitas oksigen di perkotaan. Inilah konsep dasar pertanian di atas awan yang digagas Genppari dalam setahun terakhir ini.
Dalam pengembangan selanjutnya, sistem pertanian perkotaan ini akan mengintegrasikan konsep pertanian vertikal dalam 4 in 1. Maksudnya dibangun konstruksi pertanian yang tersusun ke atas untuk mengakomodir pemenuhan gizi yang dihasilkan dari perikanan, peternakan, sayuran dan padi. Uji coba tahap dua dengan 4 in 1 sedang dilakukan saat ini.
Apalagi jika di lingkungan terkecil tingkat RT atau RW misalnya ada lahan yang kurang produktif, melalui musyawarah warga bisa dirumuskan agar bisa produktif. Misalnya melengkapi dan mengoptimalkan lahan untuk menanam berbagai jenis tanaman yang dibutuhkan untuk bumbu dapur, sehingga untuk sekedar keperluan masak lingkungannya sendiri bisa tanpa harus belanja lagi, yang berarti harus keluar duit lagi. Padahal situasi saat ini semua bisa mafhum untuk mencari uang susah, bahkan yang bekerjapun banyak yang kena PHK imbas kebijakan PSBB ataupun karantina wilayah.
Jadi komoditi pertanian yang banyak dibutuhkan seperti tanaman rica, tomat, terong, kangkung darat, bayam, cabe, bawang dan lainnya bisa menggunakan kantong plastik, kaleng bekas atau botol bekas sebagai media tanam. Dengan demikian limbah bisa dimanfaatkan, lahan produktif, irit biaya dan tidak perlu bepergian keluar untuk belanja yang bisa menambah resiko kemungkinan tertular.
“ Getaran semangat membangun ketahanan pangan mulai dar pekarangan rumah ini, bisa teresonansi ke tingkat RT atau RW, lalu berkembang ke tingkat Desa dan Kecamatan, maka akhirnya akan terbangun klaster – klaster wilayah dengan ketahanan pangan yang tangguh. Akumulasi ketangguhan klaster di tingkat wilayah inilah yang pada akhirnya secara tidak langsung otomatis mewujudkan ketahanan pangan nasional. Untuk itulah saat ini harusnya tidak lagi bergerak di tahap penyamaan persepsi lagi, tapi harus melangkah ke tindakan nyata mengoptimalkan seluruh wilayah mulai dari sejengkal tanah “, pungkas Dede mengakhiri perbincangan di Jakarta, Kamis (4/6). (rr)