JAKARTA, beritalima.com – Pameran lukisan/instalasi kertas pisang karya perupa Jun Sakata (69 tahun), dibuka oleh aktris Jajang C. Noer di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Senin (3/7) malam. Sekitar 50 karya yang dikurasi Merwan Yusuf, itu menggunakan media utama kertas pelepah pisang dari Ubud, Bali. Pada malam pembukaan yang dipandu MC Nesya Sastrawijaya, itu gitaris/pengarang/pewarta Jodhi Yudono, menyumbangkan beberapa lagu, dan pengarang/pewarta Noorca M. Massardi membacakan puisi haiku terbaru. Pameran berlangsung dari Senin 3 Juli sampai dengan Rabu 12 Juli 2017.
Perupa Jun Sakata, lahir di Yokohama, Jepang (1948), mengawali karirnya sebagai perancang bunga (Ikebana) yang diwarisi dari ayahnya, seorang grand master Ikebana Kou-fuu-ryuu. Usai studi hukum di Universitas Meiji (1971), ia bekerja di Dewan Kota Kawasaki sebagai pengawas lingkungan. Setelah mempelajari upacara minum teh Urasenke, ia diangkat sebagai wakil grand master Ikebana Kou-fuu-ryuu (1975) dan mulai terjun ke dunia senirupa.
Pada kunjungan pertamanya ke Ubud, Bali (1999), pria jangkung pejalan kaki, itu menemukan kertas yang terbuat dari pelepah pisang. Jatuh cinta pada bahan alami, itu setahun kemudian Jun Sakata memutuskan untuk menetap dan berkarya di Ubud. Selama 17 tahun terakhir ini, setiap enam bulan ia hidup di Ubud dan Yokohama. Bila tidak terkendala izin tinggal sesungguhnya Sakata lebih mencintai Ubud dan ingin menghabiskan sisa hidupnya di desa internasional yang unik di dunia itu.
Cinta Kertas Pelepah Pisang
Ihwal mengapa jatuh cinta pada kertas berbahan dasar pelepah pisang, Jun Sakata menyatakan, alam kerap membuat kita takjub, dan melimpahi kita segalanya. Manusia modern kerap lupa bahwa kita hidup bersama alam. “Saya ingin mengungkapkan energi dan ilham dari alam melalui karya seni dari kertas pisang,” katanya.
Pada 1999, saat berkunjung ke Bali, saya menemukan kertas pelepah pisang. Seketika saya mendapatkan ilham dan passion untuk membuat karya seni dari bahan alami itu. Dan, itu merupakan pengalaman baru bagi saya yang kemudian mengubah jalan hidup saya. Setahun kemudian saya memutuskan untuk menetap di Bali dan berkarya dengan memanfaatkan kertas pelepah pisang.
Sejak 2000 itulah saya tinggal dan hidup enam bulan di Bali dan enam bulan di Jepang sampai sekarang.
Karena kertas pisang dibuat dengan tangan, maka setiap lembarnya sangat unik dan berbeda. “Ketika saya mencipta, saya lebih berusaha untuk mendekatkan diri dan berkomunikasi dengannya, ketimbang menumpahkan gagasan saya ke atas kertas pelepah pisang itu,” katanya.
Materi dan Teknis
Materi utama karya saya adalah kertas pisang. Pelepah pisang dibikin bubur sebelum kemudian dipress dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Semua proses itu dilakukan secara manual, sehingga tidak hanya membutuhkan kesabaran tapi juga memerlukan pemahaman sejati dan penghormatan terhadap alam.
Oil pastel, Sumi ink (tinta China) dan Kakishibu (persimmon tannin juice), digunakan untuk mewarnai. Saya menggaruk, mengukir, mencungkil permukaannya atau memotong kecil-kecil kertas pisang dan menempelkannya dan kemudian memadukan semuanya. “Saya merasa diri saya telah menyatu dan luruh melebur bersama alam melalui karya tersebut,” katanya.
Ihwal mengapa ingin berpameran di Jakarta, khususnya di Taman Ismail Marzuki, Jun Sakata mengaku bahwa ia telah mempelajari kebudayaan dan filsafat otentik tentang Jepang melalui Ikebana dan Upacara Minum Teh. “Saya ingin mengungkapkan kesatuan budaya Jepang dan Bali melalui karya seni kertas pisang. Bila saya bisa memamerkannya di TIM Jakarta, kota terbesar di Indonesia, saya ingin berbagi dengan masyarakat Indonesia. Saya sangat berterima kasih karena saya yakin karya seni saya dapat memberikan sumbangsih bagi terciptanya saling pengertian antara kebudayaan Jepang dan Indonesia,” katanya.
Pameran Sebelumnya
Sebelum di TIM Jakarta, Jun Sakata pernah berpameran tunggal di Jepang. Di Tokyo di Kaneko Art GI, Tamura Art Gallery, Maki Art Gallery, Art Forum Yanaka, Muramatsu Art Gallery, Wacoal Ginza Art Space, Bakurochou ART+EAT, Ginza Art Gallery Koubou, SPC Art Gallery, di Kyoto (Plum Tree Office Art Gallery), Ehime Gallery RAY, di Ishikawa (Tsubakiya) dan Aichi (Flowers Air). Serta di Open House Gallery (New York, AS), dan di Affandi Art Museum (Jogjakarta, Indonesia).
Ia juga pernah mengikutkan karyanya dalam pameran bersama di International Impact Art Festival (Kyoto), Enchuu Art Exhibition (Tokyo), Kaneko Art GI (Tokyo), Banshou no Henyou Exhibition (The Museum of Modern Art Saitama), Takizawa Art Field (Iwate), Contemporary Art Imadate Paper Art Exhibition (Fukui), Two Weeks in The Spring (Chiba), Art Gallery Shirakawa (Aichi), Noritake no Mori Art Gallery (Aichi), Naguriko International Art Field Exhibition (Saitama), Mitsui Art Gallery (Kanagawa), Sankichi Art Gallery (Kanagawa), Japan 2001 Japan Fair (London) Japan – Korea Contemporary Art Exhibition (Korea).
Sebagai seniman Ikebana, ia berpameran tunggal di Film ’84 Mitsui Art Gallery (Kanagawa), dan pameran bersama di Ikebana Today (Tokyo), Contemporary Ikebana ’84 (Tokyo), Dongyuan no Hana (Aichi), Flower Performance Nishio (Aichi), Hyougen to shiteno Ikebana (Aichi), Ikebana Koubo Exhibition (Tokyo), Hanakoubou Exhibition (Aichi), Hakone no Mori Ikebana Event (Kanagawa), Tsukuruhito Kita ni Atsumatte Hana (Akita), Ikebana Hama Exhibition (Kanagawa), Group Ka (Kanagawa), Ikebana Kanagawa Exhibition (Kanagawa), Yokohama Meiryuu Exhibition (Kanagawa), Ishikawa Ikebana Exhibition (Ishikawa) toyota City Ikebana Exhibition (Aichi).
Sebagian karyanya telah ditempatkan di Elevator hall sebuah apartemen (Tokyo), di lobby ruang istirahat Imperial Hotel (Kyoto dan Osaka), di Kagemusha Japanese Restaurant (Bali, Indonesia) dan Yeh Spa (Bali, Indonesia).
Jun Sakata juga pernah tampil dalam film Toshokan Sensou (2015, Toho) dan Onna Michi (TV Drama, 2015, NHK).
Jun Sakata dapat dihubungi melalui alamat: Jun Sakata C/O Warung Pak Sedan Jl. Pengosekan, Ubud, Bali, Indonesia HP: +6281338141127 dan email: bunga53@hotmail.com serta blog: http://jun-sakata.jp