JAKARTA, beritalima.com – Dalam rangka HUT RI ke – 72, baru saja melewati secara bersama dengan penuh suka cita dan kebersamaan dalam keberagaman Indonesia. Selama 72 tahun kemerdekaan yang dialami Indonesia terus diiringi dengan kemajuan dan pembangunan diseluruh pelosok di Indonesia, tak ketinggalan Papua, karena menyikapi Kemerdekaan Indonesia.
Demikian hal itu disampaikan Ketua Barisan Merah Putih (BMP) Kabupaten Waropen dan seorang tokoh masyarakat Papua, putra pejuang Papua Silas Papare, Jum’at (18/8/2017) di ruang Monas 4, Hotel Arya Duta, Jakarta.
Dalam penyampaian Hans kepada media, ingin mengejar ketertinggalan Papua dan ingin seperti provinsi – provinsi lain. Dengan demikian menurutnya mengejar ketertinggalan dan mengejar peradaban yang lebih maju tanpa meninggalkan identitas budaya.
“Di Papua pulau terbesar kedua di dunia dan memiliki banyak suku, yaitu ada 200-an suku dan bahasa yang berbeda,” terang Hans.
Dua dari empat narasumber yang hadir, yaitu Herman Yoku, S.Ip., Ketua DPC Barisan Merah Putih Kabupaten Keerom, Papua. Dan A. Hans Papare, M.Sos, MM,q Ketua DPC BMP kab. Waropen, tokoh masyarakat Papua, putra pejuang Papua Silas Papare.
Dikatakan Herman Yoku, Indonesia merdeka dari Sabang sampai Merauke. Masyarakat Papua berjuang melawan penjajah sejak tahun 1908, yang saat itu bergabung dengan Yong Ambon. Dan ia pun tidak menginginkan adanya ucapan sepihak mengenai sejarah perjuangan rakyat Papua. Dan tidak ada di Papua yang belum merdeka.
Namum selama ini dijelaskan Herman di Papua selalu ada konflik. Dimana konflik yang ada di Papua itu hanya mencari sensasi agar mendapat perhatian dari Pemerintah Pusat. Dinyatakan Herman, Papua ingin seperti provinsi lain yang kerap mendapat perhatian.
“Kalau di Papua di katakan tidak aman, tidak usah jauh-jauh. Coba ingat waktu Presiden Jokowi di Papua menggunakan motor trail bersama rombongan. Kalau di Papua dikatakan tidak aman, pasti ada yang menembak. Jadi yang mengatakan konflik itu hanya sensasi,” tandas Herman. dedy mulyadi