JAYAPURA, beritalima.com – Sebanyak 10 (sembilan) resiko ancaman bencana di Wilayah Provinsi Papua diminta untuk disikapi secara serius dengan berbagai kesiapan penanganan.
Sembilan resiko bencana tersebut meliputi, Gempa Bumi, Banjir, Tanah Longsor, Tsunami, Angin Putingbeliung, Banjir Bandang, Gelombang Pasang, Abrasi, Wabah Penyakit, dan Konflik Sosial, yang sewaktu-waktu bisa terjadi, sehingga harus ada antisipasi dalam penanganan bencana-bencana tersebut.
Asisten II Eliya Loupati meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) diwilayah Provinsi Papua dan diseluruh Kabupaten/Kota di Papua sigap dalam penanganan setiap bencana.
“Seperti misalnya harus sigap Inventarisir logistik. Makanan yang akan diberikan dalam bencana harus dicek baik-baik, jangan sampai kadaluarsa. Cek juga gudang penyimpanan, bagaimana dengan fentilasi dan lainnya, in tuanya makanan yang kita berikan harus sehat,”kata Loupati, saat memberikan sambutan dalam rapat Inventarisasi Ketersediaan Kebutuhan logistik Penanggulangan Bencana Tahun 2017, di Abepura, Jayapura, Senin (17/7/2017).
Menurut Asisten II, lima wilayah adat yang ada di Papua, memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
“Ada lima wilayah adat di Papua, Seireri, Meepago, Laa Pago, Animha, dan Mamta. Semua memiliki karakteristik makanan yang berbeda-beda, oleh karena itu, harap dipelajari baik baik-baik, masing-masing wilayah ini,”jelasnya.
Lainhalnya dengan ketersediaan alat yang digunakan dalam upaya penanggulangan bencana.
“Harus dibahas, harus dikoordinasikan dengan baik, bagaimana dengan ketersediaan alat kita, nah inilah gunanya kita koordinasi. Bencana bukan hanya ditangani oleh BPBD, namun seluruh stakholder seperti TNI dan Polri serta SAR juga terlibat,”katanya.
Oleh karena itu, dirinya meminta seluruh stakholder utamanya tim gabungan, bisa bergerak cepat dengan adanya koordinasi intens jauh hari.
“Jadi ketika bencana terjadi, tidak lagi ada permasalahan, karena sudah dikoordinasikan dengan pihak lain sebelumnya,”ujarnya.
Sementara kepala Pelaksana BPBD Provinsi Papua, William R. Manderi mengakui jika pihaknya menggandeng pihak maskapai penerbangan dalam droping logistik kewilayah saat bencana terjadi.
“Alat kita kayak helikop untuk droping logistik ke wilayah semisal Pegunungan, dan ini solusinya kita telah bekerjasama dengan pihak penerbangan untuk membawa logistik ke wilayah-wilayah itu,”terangnya.
Diakuinya, pihaknya juga bekerjasama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah V Jayapura, untuk memantau perubahan iklim yang tidak menentukan wilayah Papuadat, dan terbilang cukup ekstrim.
“Informasi perubahan iklim dari pihak BMKG sangat kita butuhkan, sehingga kita bisa meminimalisir bencana dengan kesiapan dan upaya-upaya yang kita telah lalukan,”katanya.(Edy Siswanto).
Caption foto : Asisten II, Eliya Loupati.