JAKARTA, beritalima.com — Partai Swara Rakyat Indonesia (Parsindo) bukan partai baru, tapi evolusi dari partai muslim Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI) besutan KH. Sukron Makmun. Kini Parsindo dipimpin HM.Jusuf Rizal berubah menjadi partai terbuka dengan semboyan Kerakyatan, Nasionalis dan Religius.
Menurut sejarahnya, sebelum berubah menjadi Partai Parsindo (Partai Swara Rakyat Indonesia) tanggal 21 Juni 2016 sesuai SK Menkumham, cikal bakal partai ini adalah Partai Nahdlatul Ummah (PNU) sudah pernah punya 400 dewan dan meraih 5 (lima) kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) pada Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1999 dibawah Pimpinan KH. Idham Chalid
Partai Nadhlatul Ummah (PNU) didirikan 16 Agustus 1998 oleh para ulama NU (Nahdlatul Ulama) yang beseberangan dengan KH. Abdurahman Wahid, seperti KH. Idham Chalid dan KH. Syukron Ma’mun. Pada Pemilu 2004 PNU berevolusi menjadi Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI) dipimpin KH. Syukron Ma’mun. Pada Pemilu 2009 kemudian dipimpin KH. Yusuf Humaidi. Baru Tahun 2016 dipimpin HM. Jusuf Rizal dan Sekaligus merubah nama menjadi Parsindo (Partai Swara Rakyat Indonesia)
Entah karena kebetulan partai berbasis NU ini berevolusi tidak jauh dari warga NU. Presiden Parsindo, HM. Jusuf Rizal juga warga NU. Aktif PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), Pengurus IPNU (Ikatan Pelajar NU), Ketua Umum AMNU (Angkatan Muda NU) hingga pengurus PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) era H. Matori Abdul Djalil.
Pria berdarah Madura-Batak ini bersama H. Matori Abdul Djalil didukung para ulama mendirikan Pekade (Partai Kejayaan Demokrasi). Namun Pekade gagal lolos verifikasi faktual KPU pada Pemilu 2004 pasca H. Matori Abdul Djalil mengalami sakit.
Tetapi HM. Jusuf Rizal bukanlah figur yang mudah menyerah. Ia pun hijrah turut membesarkan PAN (Partai Amanat Nasional). Menjadi Calon Legislatif PAN dari Dapil Malang Raya tahun 2004, suaranya lebih besar dari Didik J. Rachbini. Mustinya bisa PAW, tapi itu tak menarik buat mantan wartawan itu.
Bang JR begitu sebutan akrabnya justru memilih turut membesarkan Partai Demokrat (PD) dengan mendukung pasangan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono)-HM.Jusuf Kalla pada Pilpres 2004 melalui Blora Center. Tim Relawan yang dibentuknya bersama Sudi Silalahi. Namun Ia tidak masuk dalam kepengurusan Partai Demokrat meski ditawari Ketumnya ketika itu, Hadi Utomo
Setelah SBY menjadi Presiden selama 10 tahun, Jusuf Rizal juga tidak tertarik masuk dalam kekuasaan. Ia lebih memilih mendirikan dan membesarkan LSM LIRA (Lumbung Informasi Rakyat) dalam rangka mengawasi kinerja Presiden yang didukungnya untuk mendorong tata kelola pemerintahan yang bersih anti KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
Lewat jaringan LSM LIRA itu kemudian, Partai PPNUI yang berubah menjadi Partai Parsindo digerakkan dan kini mempersiapkan verifikasi untuk mengikuti Pemilu serentak tahun 2019. Pria bertangan dingin yang merakyat itu selain menjabat sebagai Presiden Parsindo juga sebagai Presiden LSM LIRA, Ketua Umum FSPTSI (Federasi Serikat Pekerja Transport Seluruh Indonesia), Wakil Ketua Umum OKK (Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan) KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) serta Pembina Majelis Dzikir Merah Putih (MDMP).
Menurut Catatan Redaksi, HM. Jusuf Rizal merupakan figur profesional. Pernah bekerja di Matari Advertising dengan Ken Sudarto, PT. Nyonya Meneer, Wahana Group (Perusahaan Nunun Daradjatun), menjadi konsultan Komunikasi & Marketing serta Direktur Marketing, Promosi dan Pembinaan Usia Muda di PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia). Beliau memiliki jaringan luas dan dekat dengan keluarga Soekarno (Guruh dan Rahmawati) maupun HM. Soeharto (Tommy).