Pasar, Tempat Bertemunya Berbagai Genre Musik

  • Whatsapp

beritalima.com – Kita sebagai manusia pastinya tidak bisa lepas dari musik. Musik berfungsi sebagai media untuk menyalurkan emosi, mengungkapkan perasaan, sarana hiburan, juga sebagai media pelepas stress. Musik kerap kali menjadi teman kita saat beraktivitas karena bisa membuat kita semangat dalam menjalani kegiatan sehari-hari.
Tentunya tiap-tiap orang memiliki selera genre musik yang berbeda. Ada pop, jazz, dangdut, rock, dan lain-lain. Musik seringkali disetel di tempat umum, seperti di rumah makan, toko buku, mall, bahkan di pasar sekalipun. Salah satu pasar yang menjadi tempat bertemunya berbagai genre musik adalah Pasar Pocong.

Pasar Pocong yang terletak di kompleks Villa Nusa Indah, perbatasan Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi, merupakan pasar yang sudah lama berdiri dan ramai dikunjungi pembeli. Selain tempatnya yang strategis, juga pilihan barang yang tersedia beraneka ragam dan lengkap. Diberi nama Pasar Pocong karena pasar ini terletak persis di samping kuburan.

Pasar ini ramai didatangi pembeli pada pagi hari, namun mulai sepi menjelang sore harinya. Saat pasar mulai sepi inilah para pedagang menyetel musik untuk mengusir sunyi dan kantuk. Musik yang disetel berbeda-beda, saling beradu antar toko yang satu dengan yang lain. Ada yang menyetel musik menggunakan speaker ponsel biasa sehingga suara musik yang dihasilkan kecil, juga ada yang menyetel musik menggunakan speaker besar sehingga suara musik yang dihasilkan bisa terdengar dari jarak yang jauh.

Contohnya, ada salah satu pedagang telur yang sedang menyusun telur-telur jualannya. Disusun sedemikian rupa sehingga menjadi barisan telur yang rapi. Kadang juga telurnya dilap dengan kain. Pedagang telur itu, menyusun telur penuh semangat sambil ditemani lagu-lagu dari video rekaman ulang sebuah konser salah satu band legendaris negeri kita, Padi.

Ada juga salah satu pedagang bahan kue yang kerap disapa ‘Uni’. Uni adalah pemilik tokonya, namun ia memiliki banyak anak buah. Salah satu anak buah Uni sering memutarkan lagu-lagu dangdut. Lalu, sambil mengangguk-anggukkan kepala dan sesekali ikut bernyanyi, ia mondar-mandir mengambil barang pesanan pembeli.

Pun ada seorang penjual alat-alat jahit yang kerap dipanggil Wawan. Lagu favorit Wawan adalah lagu-lagu lawas seperti lagu milik Iwan Fals, Bimbo, Chrisye, Koes Plus, Ebiet G. Ade, dan lain-lain. Sambil melayani pembeli, ia sering ikut bernyanyi dengan penuh penghayatan.

Di pasar ini, musik disetel bersaut-sautan. Tidak peduli jika bertabrakan berbagai genre. Mulai dari yang paling sering diputar yaitu dangdut, lalu lagu-lagu hits ¬band-band pop seperti Ungu; Wali; dan NOAH, lagu-lagu lawas, lagu dari band indie 420 juga sesekali terdengar, sampai ada juga yang menyetel murotal.

Walau genre yang diputar berbeda-beda dan suara musik yang disetel saling bertabrakan, pedagang-pedagang di pasar ini tidak pernah ambil pusing dan saling menghargai selera musik masing-masing. Mungkin, kita bisa mulai belajar dari hal kecil ini. Menghargai perbedaan kecil, karena dengan adanya perbedaan, itu menunjukkan bahwa kita beragam.

BIODATA PENULIS

Blenda Azaria Rahardjo. Pecinta sambal ini lahir di Jakarta, 30 Maret 1999. Sekarang, ia sedang kuliah di Politeknik Negeri Jakarta Program Studi Jurnalistik. Suka menulis juga membaca.

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *