ACEH,beritalima.com-Kami pasukan GAM meusaboh se Aceh telah melakukan pertemuan silaturahmi dengan para juru runding Delegasi GAM , Maksud dan tujuan ingin para petinggi yang terlibat dalam perdamaian di Helsinky agar bersatu kembali, jangan bercerai berai demi poin-poin MoU bisa terlaksana sebagaimana mestinya, jika pun poin-poin MoU tersebut hanya sebagai isapan jempol di helsinky, para juru runding harus memaparkan kepada Bangsa Aceh terutama kepada Eks Kombatan GAM serta kepada seluruh elemen rakyat Aceh.
Sejak lahirnya persatuan dan kesatuan Pasukan GAM meusaboh Se Aceh sudah pernah bersilaturahmi dengan para sesepuh perjuangan GAM yaitu Teungku Yahya Muaz pada tanggal 12 Januari 2021 sekaligus dengan para juru runding Dalam dan luar negeri. Seperti , Dr Zaini Abdullah, M Nur Djuli, Munawar liza zainal, Shadia Marhaban dan Teuku Kamaruzzaman.
Maksud dan tujuan meminta kepada para juru runding bersatu kembali dan segera melaksanakan Meting Ad – hot atau Rapat khusus semua para juru runding dari GAM untuk mengambil langkah-langkah kedepan agar perjuangan GERAKAN ATJEH MEURDEHKA Terlaksana seperti yang telah di Deklarator oleh Alm Wali Neugara teungku Tjhik Muhammad Hasan Di tiro 04 Desember 1976.
Menurut pandangan kami pasukan GAM meusaboh se Aceh, Rapim khusus juru runding sangat penting, karena selama ini terlihat para juru runding sudah berpencar (saboh saho).
Kami mengakuai dengan terjadinya perdamaian atau Nota kesepahaman di Helsinky pada tanggal 15 Agustus 2005 Pemerintah indonesia telah mengakui perjuangan GERAKAN ATJEH MEURDEHKA sebagai perjuangan Bangsa Aceh untuk hidup bebas dan mandiri seperti bangsa-bangsa lain sekaliber international.
Dengan adanya Nota Kesepahaman di Helsinky maka kemenangan secara international telah berada pada pihak GAM karena Negara-Negara pihak ketiga telah mengakui sebuah perjuangan Kemerdekaan bangsa Aceh dan Negara Aceh setandart Negara-Negara lain.
Maka perdamaian di helsinky bukanlah perdamaian antara provinsi dengan negara, melainkan perdamaian Antar negara yaitu Negara Aceh Merdeka Dengan Negara Republik Indonesia.
Selama ini tugas kita memproklamirkan identias Negara Aceh kepada seluruh elemen Aceh baik yang ada di Aceh dan di luar negeri serta kepada seluruh masyarakat international bahwa Aceh sebuah negara yang merdeka dan berdaulat . Namun sudah 16 tahun hal ini hampir punah di benak bangsa Aceh apa lagi di mata international, karena selama ini kerap terlihat para pejuang sedang berebut kekuasaan untuk menjalankan perintah dari Republik indonesia, sedangkan identitas sebuah Negara yang merdeka dan Berdaulat sudah samar alias sudah pudar.
Maka kami atas nama grup Pasukan GAM meusaboh Se Aceh kerap meminta petunjuk dan Arahan dari Teungku H Bakhtiar Abdullah sebagai jubir GAM dan beliau mempercayai untuk menjaga persatuan dan kesatuan Pasukan GAM Meusaboh se Aceh kepada Jumra Alias Cek prieh wiljah Batee ie liek, Abdullah Alias Danbayo Wilajah Tamiang, Faisal nurdin Jra han jra wilajah Pidie. Tgk Muhammad wiljah Linge. Nazaruddin Alias Tgk Gunong meriah Wilajah linge.
Ramli alias Dara Baro Wilajah Samudra pasee, Sebagai orang yang di percayai oleh Jubir GAM teungku Bakhtiar Abdullah Untuk bicara di media cetak maupun elektronik , Musriadi Alias Busoe doe sebagai Team Publis Berita Dalam dan Luar Negeri Wilajah Batee ie liek yang di percayai oleh Jubir GAM teungku Bakhtiar Abdullah.
Pada tanggal 17 Maret 2021 Pasukan GAM meusaboh se Aceh kembali bertemu dengan Meuntroe Pertahanan GAM teungku Zakaria saman yang akrap disapa Apa kariya. Meuntroe pertahanan GAM Zakariya saman menyambut baik dan selalu ingin bersatu kembali dengan para sesepuh perjuang GAM dan memberi dukungan penuh kepada Pasukan GAM meusaboh se Aceh agar Upaya pemersatu para juru runding terlaksa seperti yang kita harapkan.
Tanggapan juru runding yang lain sangat setuju dan bersatu dengan ketua perunding GAM Yaitu Teungku Malek mahmud Al-haytar. Dan Tanggapan para juru runding dan peutuha perjuang sangat perlu para juru runding bersatu karena pada saat laporan tahunan kepada Negara-negara Diplomasi yang datang ke Aceh menanyakan tentang situasi dan kondisi Aceh saat ini harus di lapor dengan kebersamaan dengan para juru runding yang lain, tetapi selama ini laporan tahunan perkembangan Aceh era Damai hanya di lapor oleh satu orang saja, di sini seperti ada keganjilan laporan tersebut.
Menurut tanggapan Paduka YML wali Nanggroe teungku Malek mahmud Al-haytar via Teuku Ampon Man menyambut baik bila bersatunya para juru runding yang lain. namun dalam hal Rapim para juru runding, Beliau akan bermusyawarah terlebih dahulu dengan para petinggi GAM yang lain,”(**)