SURABAYA, Beritalima.com|
Pertemuan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dengan CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk di Gedung Stargate SpaceX pada beberapa waktu yang lalu menimbulkan pertanyaan besar. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (UNAIR) Dr Unggul Heriqbaldi SE MSi MAppEc menilai bahwa peluang investasi Elon Musk melalui perusahaan-perusahaannya yaitu Tesla dan SpaceX di Indonesia sangat besar.
Unggul menilai, peluang investasi Elon Musk di Indonesia sangat besar karena eksistensi Indonesia sebagai negara produsen nikel terbesar di dunia.
“Tentu hal ini akan sangat berpengaruh besar bagi perusahaan yang menghasilkan electric vehicle seperti perusahaan Elon Musk. Bagi player terbaik di industri dan di global market, perusahaan tidak akan pernah berhenti untuk menemukan cara lebih efisien untuk memproduksi outputnya,” jelas Unggul
Akan tetapi, Unggul menjelaskan bahwa pertimbangan investasi tidak hanya ditentukan oleh availability of key resources, tetapi juga aspek lain yang mendukung investasi. Seperti keberadaan infrastruktur, energi, paket kebijakan yang ditawarkan oleh pemerintah seperti tax allowance and exemption, fleksibilitas di pasar tenaga kerja, kemudahan dalam perizinan, dan aspek lainnya.
“Sehingga harapannya kedua pihak bisa mendapatkan the best deal dan masyarakat Indonesia tentunya mendapatkan manfaat terbesar dari setiap keputusan yang diambil oleh kedua belah pihak,” terangnya.
Investasi Tesla dan SpaceX
Menurut Unggul, peluang terbesar dalam jangka menengah adalah investasi untuk memproduksi lithium-ion battery cells yang dibutuhkan Tesla dalam produksi electric vehicle. Hal ini dikarenakan Indonesia adalah negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia sekaligus produsen nikel terbesar di dunia dengan share 37 persen produksi dunia atau setara dengan 2,7 juta metrik ton.
Selain itu, Unggul menilai investasi pada electric battery di Indonesia akan membuat Tesla memperoleh manfaat dari resource abundance atau cost competitiveness. Hal ini sangat krusial untuk Tesla dalam menjaga daya saing di pasar electric vehicle dunia.
Unggul juga menjelaskan bahwa Indonesia juga memiliki potensi jangka menengah dalam electric vehicle market.
“Meskipun dari sisi market Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain yang sangat advanced seperti Norwegia, Islandia, Swedia, Belanda, Jerman dan Inggris, namun bukan tidak mungkin dengan government policy yang ramah terhadap pasar electric vehicle, Indonesia akan menjadi negara dengan pertumbuhan yang tinggi di pasar kendaraan elektrik,” sambung Unggul.
Dari sisi electric vehicle market, posisi Indonesia juga strategis jika dilihat dari potential demand dalam jangka menengah dan panjang.
Sedangkan untuk SpaceX sendiri, karena nikel juga merupakan komponen penting dalam alloying elements yang juga digunakan oleh banyak industri mulai dari pembangkitan listrik, kitchenware, hingga transportasi, hal ini mengonfirmasi bahwa investasi di Indonesia menjadi strategis bagi SpaceX yang bergerak di bidang rocket launchers dan spacecrafts.
Sementara keuntungan untuk Indonesia sendiri adalah
investasi Elon Musk di Indonesia akan memberikan beberapa keuntungan untuk Indonesia. Pertama, global wave mengenai kendaraan ramah lingkungan semakin besar dari tahun ke tahun.
“Jika Tesla yang menjadi the largest electric vehicle producer in the world berinvestasi di Indonesia, maka Indonesia akan masuk dalam landscape industri dan pasar electric vehicle di dunia,” lanjutnya.
Tentu hal ini akan berdampak pada potensi ekspor produk hilir bijih nikel yang semakin besar sesuai dengan peta jalan dan policy pemerintah Indonesia untuk meningkatkan domestic value added pada produk-produk yang diekspor. Selain itu, tentu akan tercipta lapangan pekerjaan dengan skill-sets yang lebih tinggi dan spillover effect bagi industri lain yang terkait secara horizontal di Indonesia.
Kedua, bukan tidak mungkin dengan tersedianya industri lithium-ion battery cells di dalam negeri, maka industri dan pasar electric vehicle di Indonesia akan tumbuh jauh lebih pesat. Dengan skala investasi yang besar dalam lithium-ion battery cells, maka akan tercipta economies of scale, yang berarti harga battery menjadi semakin kompetitif di pasar dalam negeri. Berkembangnya industri electric vehicle di dalam negeri tentu akan mendorong job creation dan ekspor karena keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia. (Yul)