JAKARTA, Beritalima.com– Selaku makhluk hidup dalam pergaulan sosial, setiap manusia pasti memiliki keinginan sukses. Untuk meraih sukses tersebut, setiap insan harus mengenal diri dia dan Sang Maha Pencipta.
Perlu disadari, jelas politisi senior Partai Golkar, Agun Gunandjar Sudarsa, sebagai manusia kita bukanlah siapa-siapa dibandingkan dengan Sang Pencipta, penguasa seluruh alam jagad raya beserta segala isinya.
Hal tersebut diungkapkan Agun selaku penulis dalam bedah buku tentang ‘Hidup Sukses dengan Lima Jari’ yang digelar di Savoy Homann Hotel, Bandung Jawa Barat, pekan lalu.
Berikutnya, ungkap Agun kepada Beritalima.com di Jakarta pertengahan pekan ini, kita ada dan hidup di tengah jutaan bahkan miliaran manusia yang saling berbeda satu dengan lainnya. Bahkan tak ada yang sama, walau mereka itu kembar.
“Jadi, untuk apa mempertentangkan perbedaan di antara sesama manusia. Bukankah perbedaan tersebut ciptaan Sang penguasa alam jagad raya ini,” jelas wakil rakyat dari Dapil X Provinsi Jawa Barat tersebut dengan nada bertanya.
Dan, sudah dapat dipastikan hanya ada satu Penguasa Alam Raya dengan seluruh isinya tersebut. “Tidak dibayangkan kalau ada dua atau lebih, Tuhan Yang Esa yang Maha Kuasa, Maha Menguasai dan mengatur hidup, kehidupan dan penghidupan miliaran umat manusia beserta mahkluk yang menjadi penguni jagad raya ini.
Karena itu, bagaimana cara untuk meraih kebahagian dan kesesejahteraan ‘Hidup Sukses dengan Lima Jari’? Pertama, papar Agun, manusia tersebut harus beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
Berikutnya, ungkap Agun, bersatu dan bekerja sama di antara kita sesama manusia yang memang berbeda tersebut. Seperti Tuhan ciptakan diri kita sebagai manusia, mahkluk yang sempurna dengan jiwaraganya. “Gunakan dan manfaatkan jiwa dan raga kita di dunia untuk beribadah kepada Tuhan sang pencipta dan penguasa.”
Tangan dengan lima jarinya, lanjut Agun, menunjukan kepada kita tentang itu semua. “Kita manusia bukan siapa-siapa dan berada di tengah lautan manusia yang berbeda-beda pula,” kata Agun.
Lihat jari tengah, ungkap Ketua Fraksi Partai Golkar MPR RI 2014-2019 ini adalah jari yang tertinggi, di kiri dan kanannya berbeda. Di kiria ada ibu jari atau jempol yang ukurannya paling besar diantara jari-jari yang ada, telunjuk di setelah ibu jari, di kanan ada jari manis dan kelingking.
Jari tengah mengingatkan kepada manusia semuanya, ada yang tertinggi, Tuhan yang Maha Kuasa. “Beriman, bertaqwa dan bermohonlah kepada NYA,” kata polisi kelahoran Bandung, 13 Nopember 1958 tersebut.
Diantara jari tengah juga ada dua jari, di kiri dan kanan yang berbeda, kepalkan jari tengah dengan jari-jari lainnya, akan ada kekuatan didalamnya. Itu Bersatu dan bekerjasamalah di antara kita manusia yang berberda. Maka kemampuan dan kekuatan akan diberikan-NYA.
Bagaimana cara memulainya? Karena manusia tersebut hidup bagaikan perjalanan waktu, sudah pasti ada akhirnya. “Dan, semua akan dimintai pertanggungjawaban-Nya.”
Awali jari jempol (prestasi) yang baik, kita akan dapatkan jari telunjuk (pengakuan) untuk perintah-perintah, insya Allah dapat jari manis (pendapatan), setelah melampaui jari tengah (pendekatan) dengan melihat ke atas kepada Tuhan untuk bermohon dan berdoa, serta ke kiri dan kanan yang berbeda, bersatu dan kerjasama di antara sesàma umat manusia.
Setelah dapat pendapatan, lihatlah sebelah berikutnya jari kelingking. Jari terkecil (perawatan) untuk bersyukur, berterimakasih, tidak sombong. Karena itu sesungguhnya sudah kembali ke tangan jempol (prestasi berikutnya). “Dan, terus lakukan itu selanjutnya sebagaimana waktu yang terus bergerak ke depan,” demikian Agun Gunandjar Sudarsa. (akhir)