Malangkabupaten,- Pasca runtuhnya dinding proyek pembangunan gedung IGD RSUD Malang di lantai 4 yang menyebabkan korban luka luka, Polres Malang datangkan ahli bangunan dari Institut Teknologi Nasional (ITN), untuk mendalami penyebab terjadinya runtuhnya dinding di RSUD tersebut, pada olah TKP ke 2 yang berlangsung singkat, nampak dari beberapa Tim Penyidik Polres Malang dan Ahli Bangunan ITN mengambil sejumlah sampel untuk diteliti.
Menurut Kaprodi Teknik Sipil ITN, Ir Andrianus Agus Santoso MT mengatakan, bahwa ditemukan saat pelaksanaan proyek tidak memasang penutup pada dinding yang baru dipasang, meskipun dalam kondisi sering hujan seharusnya penutup tersebut selalu terpasang. Dengan demikian air hujan tidak mempengaruhi kekuatan tembok yang baru dipasang.
”Sementara dari hasil pengamatan, tembok di lantai 4 memang masih basah karena baru dipasang. Kemudian terkena hujan, sehingga kekuatannya menurun. Selain itu ada faktor pemicu sehingga tembok tersebut kemudian runtuh saat ditinggalkan”,ungkapnya, Jumat 14/10.
Dalam olah TKP tersebut Agus juga mengambil sejumlah sampel berupa batu bata dan adonan semen yang nantinya akan dibawa ke laboratorium ITN. Tujuannya untuk mengetahui kekuatan campuran semen tersebut.
"Untuk hasilnya bisa diketahui bisa 3 hari, nanti bakal diketahui, apa campurannya sudah sesuai atau tidak," katanya.
Tak hanya itu, pihaknya juga menemukan adanya kesalahan prosedur keselamatan kerja yang tidak dipatuhi, saat memeriksa bangunan IGD. Prosedur tersebut adalah tidak dipasangnya jaring pengaman. Jaring ini berfungsi untuk mengantisipasi jika ada material yang terjatuh.
"Jaring itu bertujuan agar tidak ada korban yang tertimpa material. Seperti beberapa waktu yang lalu kan jatuh. Apalagi bangunan ini masih baru, jaring pengaman sangat dibutuhkan," tukasnya.
Sementara itu dari pengamat bangunan Edy Wahyono mengatakan bahwa secara tehnis dilapangan harusnya pihak RSUD lebih memperhatikan keselamatan pasien, meskipun dalam aturan tidak dijelaskan, harusnya unit IGD selama pembangunan berjalan, gedung tersebut harusnya dikosongkan.
"Selama proyek berjalan, harusnya gedung IGD jangan digunakan, apalagi proyek tersebut bangunannya 4 lantai, gedung yang dibawah harusnya tak ada penghuninya, meskipun alasannya gak ada tempat lagi," terangnya.
Berdasarkan pantauan wartawan bahwa meskipun proyek tersebut sedang berjalan, pemakaian ruang IGD oleh pihak RSUD masih digunakan, bahkan terlihat di lantai 2 para pekerja yang sedang melakukan pekerjaannya, sementara ruang sebelah masih kotor dan rusuh dipakai untuk keluarga pasien yang sedang menjenguk.
Dalam hal ini, Kasat Reskrim Polres Malang telah memeriksa 5 orang saksi. Salah satu di antaranya saksi korban yaitu Misri. Misri saat kejadian sedang menunggu anaknya yang dirawat di ruang Airlangga. (sn)