Pembangunan Taman Doa Bukit Neonbat di TTU Ditargetkan Selesai 2019

  • Whatsapp

KEFAMENANU, beritalima.com – Pembangunan Taman Doa Bukit Neonbat yang di dalamnya ada Patung Kristus Raja setinggi 58 meter di kilo meter 4, Kelurahan Maubeli, Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) Nusa Tenggara Timur akan dimulai tahun 2017 mendatang. Pembangunan Taman Doa keseluruhannya menggunakan dana APBD Kabupaten TTU. Dimana sistem penganggaran multi year. Dan ditargetkan pembangunannya selesai tahun 2019.

“ Setiap tahun akan kita anggarkan melalui APBD Kabupaten TTU dan pembangunannya dimulai tahun 2017 sehingga persemian tahun 2019”, kata Bupati Timor Tengah Utara, Raymundus Sau Fernandez dalam presentase Perencanaan Pembangunan Taman Doa Bukit Neonbat oleh PT. Sabana selalu konsultan, pada Kamis (8/12) di Kefamenanu.

Dia mengatakan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) TTU, dana yang dibutuhkan untuk membangun Taman Doa itu ditaksasi antara Rp 80 hingga 90 miliar. Sementara dari Konsultan perencana, anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 54, 5 miliar lebih yang dialokasikan dalam dua tahap. Perbedaan angka ini, akan difinalkan pada perencanaan final oleh Konsultan Perencana untuk mendapatkan angka akhir.

Raymundus menjelaskan, alasan mendasar dibangunnya Taman Doa dimaksud karena selama ini TTU belum begitu dikenal pihak luar. Bahkan pemerintah pusat juga tidak memberi perhatian lebih dalam konteks pembangunan termasuk di bidang pariwisata.

“ Dari kondisi ini membuat saya melahirkan sebuah pemikiran untuk mendukung Kota Kefa menjadi Uma Nae Uma Mese (Satu Rumah Besar Sebagai Wadah Penghimpun Masyarakat TTU, red). Dimana di tengah Taman Doa akan dibangun Patung Kristus Raja setinggi 58 meter. Patung Kristus Raja setinggi 58 meter ini mengandung filosofi tahun 1958 berdirinya Provinsi Bali, NTB dan NTT dan di dalamnya juga lahirlah Kabupaten Timor Tengah Utara”, katanya.

Menurutnya, pengembangan wisata religi menjadi pilihan tepat untuk mempromosikan potensi alam dan budaya daerah TTU ke seantro dunia. Karena disadari, daerah TTU tidak memiliki destinasi wisata alam dan bahari yang unggul seperti Labuan Bajo, Alor, dan Sumba. Selain itu, kehadiran taman doa ini sebagai ikon toleransi beragama karena letaknya berdekatan dengan masjid dan gereja Kristen Protestan.

“Kita mau tunjukkan, walau berbeda- beda agama tapi kita satu. Karena itu paling penting adalah membangun hidup rukun yang saling berdampingan,” tandas Raymundus.

Pada kesempatan itu ia berharap agar semua pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat mendukung rencana pembangunan taman doa dimaksud, terutama berkaitan dengan lahan. Jangan sampai pemilik tanah menjual tanahnya kepada pihak lain atau pengusaha. Akibatnya, sektor usaha masyarakat sulit dipasarkan. Padahal salah satu aspek penting yang diharapkan adalah membawa manfaat tambahan bagi masyarakat di lokasi taman doa.

“Kehadiran taman doa sebagai salah satu destinasi wisata itu, diharapkan akan menggerakkan sektor lain seperti penyerapan tenaga kerja dan pemberdayaan ekonomi kreatif karena terciptanya pasar baru di daerah wisata,” ujar Raymundus.

Ketua DPRD TTU, Frengky Sonoa mengatakan, rencana pembangunan wisata religi tersebut sudah dibahas dan disepakati bersama pemerintah setempat. Menurutnya, alokasi anggaran pada tahap pertama tahun 2017 sebesar Rp10 miliar dan akan ditambah sampai finishing pada tahun 2019. Pembangunan patung tersebut bukan dikarenakan mayoritas masyarakat TTU beragama Katolik melainkan sebagai upaya yang sejalan dengan semangat revolusi mental dari Pemerintahan Presiden Joko Widodo.

“Wisata religi ini sebagai tempat membina hati dan mental juga sebagai bukti toleransi beragama masyarakat setempat karena lokasinya pun berdekatan dengan masjid,” tandas Frengky. (Ang)

 

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *