LABUHA, beritalima.com – Kesiapan Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan dalam pengembangan Bandar Udara Oesman Sadik Labuha dipertanyakan. Pasalnya, hingga bulan keempat tahun berjalan, langkah pembebasan lahan untuk perluasan landasan pacu bandara belum juga terdengar kabarnya. Padahal pengembangan bandara dijadwalkan dilakukan 2019-2020 mendatang.
Perluasan runway Bandara Oesman Sadik sendiri akan dilakukan Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Dari panjang awal 1.650 meter, rencananya runway bakal ditambah panjangnya 850 meter. Itu berarti, ketika pembangunan selesai, Oesman Sadik akan memiliki landasan sepanjang 2.500 meter yang memungkinkan mendaratnya pesawat berbodi besar. Selama ini, bandara yang terletak di Desa Hidayat, Kecamatan Bacan itu baru bisa didarati pesawat bertipe ATR.
Sebelumnya, Pemkab menyatakan kesiapannya menyediakan lahan untuk perluasan tersebut. Bahkan dalam APBD 2018 telah dianggarkan dana sebesar Rp 6 miliar untuk pembebasan lahan. Namun belakangan dengan tak tampaknya tanda-tanda pembebasan hingga April berjalan, publik mulai skeptis. “Padahal perluasan landasan akan membuka ruang bagi perputaran ekonomi yang lebih cepat. Sebab masuknya pesawat besar tentu mendatangkan makin banyak orang yang terlibat dala perputaran ekonomi di Bacan. Saya beberapa kali harus batal terbang karena kehabisan tiket ATR,” ungkap Hamdan Basir, salah satu penumpang pesawat rute Ternate-Labuha, Jumat (20/4/2018).
Saat ini, satu-satunya pesawat yang beroperasi di Bandara Oesman Sadik adalah satu unit ATR milik Wings Air. Pesawat ini berkapasitas 72 penumpang.
Sementara Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan, Pendapatan, dan Aset Daerah Halsel Aswin Adam saat dikonfirmasi beritalima.com memastikan tak ada kendala dalam pembebasan lahan bandara. Hanya saja, dia tidak menjelaskan lebih rinci mengapa langkah pembebasan belum juga dilakukan. “Tidak ada kendala. Tapi sekarang saya lagi pertemuan,” ujarnya singkat. (iel)