BANDA ACEH, Beritalima — Pemerintah Aceh membahas persoalan kelistrikan dengan Dewan Ketahanan Nasional Indonesia, dalam pertemuan di Gedung Serbaguna Setda Aceh, Senin 18 September 2017.
Hadir dalam dialog tersebut, para Pimpinan Forkopimda, Kepala SKPA, Kepala Biro di lingkup Setda Aceh dan Kepala Biro Humas Setda Aceh Mulyadi Nurdin serta GM PLN Aceh.
Gubernur menyebutkan pertemuan tersebut merupakan langkah yang baik terkait pembangunan ketahanan nasional di Aceh. Apalagi kehadiran Wantannas adalah untuk menggali informasi terkait kelistrikan di Aceh.
“Aceh juga ingin berkontribusi memperkuat kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Gubernur Irwandi.
Irwandi mengatakan, kondisi cadangan energi listrik di Aceh masih belum mencukupi. Di mana, beban puncak listrik di Aceh per Juni 2017 sebesar 372 megawatt (Mw) dengan kemampuan pembangkit sebesar 317 Mw. Artinya, Aceh Defisit listrik lebih dari 50 Mw. Diperkirakan pada tahun 2022 akan mencapai 896 Mw dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 14,4 persen.
“Kita berharap kehadiran Wantannas bisa membantu perbaikan kelistrikan sehingga kebutuhan pasokan listrik di Aceh terpenuhi,” kata Irwandi.
Saat ini, ujar Irwandi PLN hanya mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga. Hal itu menjadikan iklim investasi di Aceh terganggu.
Untuk mengatasi kondisi itu, Pemerintah Aceh bersama PLN bekerjasama untuk memberdayakan potensi yang ada. Apalagi persoalan pembenahan energi merupakan salah satu program prioritas Pemerintah Aceh terlebih dalam hal, mendukung program Presiden Jokowi yaitu terpenuhinya target energi listrik 35 ribu Mw di seluruh Indonesia.
“Kami yakin dan siap mendukung program itu,” ujar Irwandi.
Irwandi menambahkan, pemerintah Aceh memfokuskan pada pengoptimalan energi terbarukan di Aceh. Ada tiga potensi sumber energi yaitu tenaga air, panas bumi (geothermal) dan tenaga angin (bayu).
Pemerintah Aceh juga mengembangkan PLTU Nagan Raya dan juga mengaktifkan sumber energi gas di Lhokseumawe yang kapasitasnya mencapai 250 Mw.
Beberapa investor dari luar Indonesia sudah menyebutkan ketertarikannya untuk menggarap potensi energi di Aceh. Di antaranya dari Turki, di mana mereka ingin menggarap blok panas bumi di Bener Meriah.
“Mereka mau melakukan survey dengan dana sendiri dan melakukan eksplorasi dengan anggaran sendiri,” ujar Irwandi. Ketertarikan pihak luar itu telah disampaikan secara langsung oleh Irwandi kepada Menteri ESDM. Untuk itu, gubernur meminta agar tim Wantannas bisa menyampaikan kembali kepada menteri, agar hal tersebut bisa segera direalisasikan.
“Kita ingin ketersediaan energi bukan hanya untuk Aceh, tapi juga bisa membantu suplai listrik ke provinsi lain. Dukungan Wantannas sangat dibutuhkan. Sehingga program energi di Aceh bisa terlaksana,” kata Irwandi.
Hadir juga dalam pertemuan itu akademisi dari Kampus Universitas Syiah Kuala. Secara khusus, Irwandi meminta agar akademisi kampus Darussalam tersebut untuk mengkaji potensi listrik tenaga arus di Samudra Hindia. Jika kajian tersebut cepat selesai, Irwandi menyebutkan program tersebut akan masuk dalam rencana APBA 2018.
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Sisbud Setjen Wantannas, Laksamana Muda TNI, Dr. Djajeng Tirto Soedarsono, menyebutkan, tim wantannas dalam kajian daerah untuk Provinsi Aceh ingin mendapatkan informasi dan masukan valid dari pemerintah, kepolisian, Kodam dan seluruh instansi terkait guna menyusun naskah konkrit.
“Info valid itu nantinya akan jadi bahan masukan untuk disampaikan kepada presiden agar bisa ditindaklanjuti,” ujar Djajeng. (Aa79)