JAKARTA, Beritalima.com– Pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kementerian Keuangan, Sri Mulyani Indarwati pada Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXI mengatakan, ekonomi Indonesia pulih ke level sebelum pandemi pada kuartal kedua tahun ini, bahkan lebih baik dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Klaim Menteri Keuangan (Menkeu) anggota Kabinet Indonesia Maju (KIM) ini berdasarkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II dibandingkan periode yang sama tahun lalu, lebih baik dari Malaysia dan Singapura yang belum melebihi PDB sebelum pandemi.
Terkait dengan peernyataan Sri Mulyani ini, Ketua bidang Ekonomi dan Keuangan Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS), Dr Hj Anis Byarwati menygatakan, perbandingan yang dikatakan Menkeu tidak komprehensif.
“Pemerintah mengambarkan pertumbuhan ekonomi secara parsial, padahal secara alamiah PDB per kuartal paling tinggi ada di kuartal III, perlu dibuktikan dulu apakah nanti kuartal ke III 2021 bisa tumbuh lebih tinggi dari kuartal II 2021 atau sebaliknya.
“Jadi, tidak bisa oversimplifikasi kita sudah pulih. Sebagai catatan Singapura itu sudah tumbuh positif 1,5 persen sejak kuartal I 2021, di saat yang sama Indonesia masih minus 0,7 persen,” kata dia pekan ini.
Djelaskan Singapura dan Malaysia dengan Indonesia basis ekonominya berbeda. “Singapura basis ekonomi perdagangan internasional, sementara kita dominan didorong konsumsi rumah tangga. Mereka merespon cepat varian delta dengan pembatasan ketat, pun Malaysia lockdown dari awal, prioritas mereka kesehatan.”
Anggota Komisi XI dari ini mengingatkan berdasarkan proyeksi terakhir IMF, pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2021 ini bahkan dibawah rata-rata negara yang dikategorikan ASEAN-5 (4.9 persen) seperti Filipina (6.9 persen), Malaysia (6.5 persen), dan Vietnam (6.5 persen%).
Indonesia hanya berada diatas Thailand (2.6 perseen), tetapi juga masih jauh berada dibawah rata-rata negara-negara berkembang di Asia (Emerging and Developing Asia) dan negara-negara berkembang dan berpendapatan menengah umumnya (Emerging Market and Middle-Income Economies ) yang diproyeksikan akan tumbuh 8.6-6.9 perseen.
Wakil Ketua BAKN DPR RI ini menyayangkan pemerintah sibuk pada data pertumbuhan ekonomi jangka pendek, sedangkan berdasarkan proyeksi IMF ekonomi Indonesia selalu turun di bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia sekitar 6 persen pada 2021.
“Sayangnya proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia justru turun terus menjadi 4.3 persen dari 4.8 persen proyeksi bulan Januari dan turun lagi 3,9 persen proyeksi bulan Juli,” anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI ini.
Legislator dari Dapil Jakarta Timur ini menekankan Pmerintah harus fokus kepada tantangan ekonomi jangka panjang yang tidak bisa hanya dengan membanggakan pertumbuhan ekonomi kuartal yang semu.
“Tantangan kedepan lebih berat, adanya tapering off bank sentral AS, risiko imported inflation (inflasi karena harga barang impor naik), dan pemulihan ekonomi tidak merata di semua sektor,” tegas dia.
Dikatakan, kualitas pertumbuhan ekonomi yang disampaikan Sri Mulyani rendah. Berdasarkan data BPS penduduk miskin secara ekstrim semakin bertambah, ketimpangan kesejahteraan semakin lebar, dan indeks gini rasio melonjak.
“Kualitas pertumbuhan kita rendah, jadi, besar harapan sebaiknya pemerintah fokus kepada kinerja realisasi PEN dan perlindungan sosial yang tepat sasaran, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan oleh semua masyarakat,” demikian Dr Hj Anis Byarwati. (akhir)