PALEMBANG, beritaLima – Senin (22/5/17) bertempat di Plaza Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang, Upacara peringatan 109 tahun Hari Kebangkitan Nasional dengan tema ” Pemerataan Pembangunan Indonesia yang berkeadilan sebagai wujud kebangkitan Nasional ”
Walikota Palembang H. Harnojoyo, S.Sos. Inspektur upacara dan komandan Upacara Danramil 418-06/Kamboja Kapten Inf Widodo. Perwira Upacara Pasimin Kodim 0418/Plg Kapten Inf Safarudin.
Peserta pasukan upacara mewakili instansi Korsik Pemkot , Kodim 0418, Lanud Plg , Polresta, Pol PP Kota , Dinas Damkar Kota , Dishub Kota, Korpri OPD Kota, PGRI , Dispenda Kota , Lurah Kota , PDAM Kota , KNPI Kota , Senkom Polri Kota , Tagana kota dan Pramuka Kota Plg .
Hadir pula Pejabat dan Undangan diantaranya : Ketua DPRD Kota H. Darmawan, SH , Para Kepala OPD Pemkot Para unsur FKPD ( Dandim 0418/ Letkol Inf Romas Herlandes, Danlanud diwakili Mayor Ahmad Yani, Kapolresta Plg diwakili Kompol Jahril ) , Sekda Kota Plg Bpk Drs. Harobin Mustopa. M.Si , Asisten I Pemkota Plg Ir. Sulaiman Amin , Para Camat Sekota Plg dan Para undangan lain nya.
Upacara peringatan 109 tahun hari kebangkitan. Diteruskan juga acara, Kirab perahu hias, Lomba Cermat cermat diatas kapal.
Barongsai, Reog Ponorogo.
Drum Band Sriwijaya.
Walikota Palembang H. harnojoyo, selaku inspektur upacara. Mengatakan,
Pada pagi hari ini, kita dapat mengikuti upacara bendera memperingati Hari kebangkitan Nasional ke-109, dalam keadaan sehat wal’afiat. Teriring doa kepada segenap warga bangsa di manapun berada, yang sedang mengikuti upacara ini, semoga senantiasa dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu inspirasi yang bisa kita serap dari berdirinya Boedi Utomo sebagai sebuah organisasi modern pada tahun 1908 adalah munculnya sumber daya manusia Indonesia yang terdidik, memiliki jiwa nasionalisme kebangsaan dan memiliki cita-cita mulia untuk melepaskan diri, dari penjajahan. Dengan tampilnya sumber daya manusia yang unggul inilah semangat kebangsaan nasional dimulai.
Perjuangan Boedi Oetomo yang dipimpin oleh Dokter Wahidin Soedirohoesodo dan Dokter Soetomo tersebut kemudian dilanjutkan oleh kaum muda pada tahun 1928 yang kemudian melahirkan Soempah Pemoeda. Dan melalui perjuangan yang tak kenal lelah akhirnya kita dapat memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 1 Agustus 1945.
Sejak diproklamirkannya kemerdekaan, kita bangsa Indonesia telah berjanji dan berketepatan hati bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini adalah harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam kondisi dan keadaan apapun.
NKRI adalah negara demokrasi berlandaskan ideologi Pancasila, yang menjungjung tinggi nilai-nilai agama dan adat istiadat yang hidup di tengah masyarakat. wilayah NKRI terbentang luas dari Sabang hingg Merauke, terdiri dari 17.508 pulau, dihuni oleh penduduk sebesar 254,9 juta jiwa dengan 1.331 suku bangsa, 746 bahasa daerah, dengan garis pantai sepanjang 99.093 km persegi.
Menjadi kewajiban seluruh komponen bangsa Indonesia secara konsisten untuk menjaga, melindungi dan memelihara tegaknya NKRI dari gangguan apapun, baik dari dalam maupun dari luar dengan cara menerapkan prinsip dan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari.
Komitmen terhadap NKRI ini penting saya tegaskan kembali pada upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-108 ini mengingat setelah sekian lama berdiri sebagai bangsa, ancaman dan tantangan akan keutuhan NKRI tidak selangkahpun surut. Bahkan melalui kemajuan teknologi digital, ancaman radikalisme dan terorisme, misalnya, mendapatkan medium baru untuk penyebaran paham dan praktiknya.
Selain itu, kita juga menghadapi permasalahan ketahanan bangsa secara kultural. Munculnya kekerasan dan pornograsi, ni salam ya, terutama yang terjadi pada generasi yang masih sangat belia, adalah satu dari beberapa permasalahan kultural utama bangsa ini yang akhir-akhir ini mengemuka dan memprihatinkan. Lagi-lagi, medium baru teknologi digital berperan penting dalam penyebara informasi, baik positif maupun negatif, secara cepat dan massif.
Ketika berbicara tentang lanskap dunia dalam konteks teknologi digital tersebut, kita juga menghadapi problem kaburnya batas-batas fisik antara domestik dan internasinal. Potentsi Pergaulan dan kerja sama saling menguntungkan akibat relasi dengan dunia Internasional tumbuh makin intens, tetapi juga sekaligus makin rendah terhadap penyusupan ancaman terhadap keutuhan NKRI dari luar wilayah negeri kita.
Tantangan-tantangan baru yang muncul di depan kita tersebut memiliki dua dimensi terpenting, yaitu kecepatan.
(Nn)