TULUNGAGUNG, beritalima.com-Stunting masih menjadi permasalahan yang semakin banyak ditemukan di Negara berkembang termasuk Indonesia. Didefinisikan sebagai keadaan atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita yang disebabkan oleh kekurangan asupan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek pada usianya yang ditandai dengan tinggi badan kurang dari (<-2 Standar Deviasi) jika dibandingkan dengan anak seusianya. Stunting merupakan indikator keberhasilan kesejahteraan, pendidikan dan pendapatan masyarakat. Dari hasil studi dengan teknologi terkini menunjukkan bahwa tinggi badan dan perkembangan otak sangat berkaitan. Dampak dari stunting dapat meliputi dari ekonomi, kecerdasan, dan kualitas bangsa. Efek jangka panjang stunting berakibat pada gangguan metabolic seperti obesitas, hipertensi dan diabetis mellitus. Perbaikan gizi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting adalah konsumsi zat gizi yang baik dan cukup pada hamil atau 1000 HPK( hari pertama kehidupan) yaitu, dimulai dari masa anak dalam kandungan sampai anak usia 2 tahun. Dengan mencukupi gizi ibu hamil dan pemberian gizi yang tepat pada anak dapat mengurangi resiko stunting. Hal itu disampaikan oleh Kepala UPT Puskesmas Ngantru, Kabupaten Tulungagung, dr. Dedi Hariyanto, saat memberikan keterangan kepada awak media. Sabtu, (11/5/2024). Menurutnya, dengan adanya pemberian informasi mengenai stunting dan pentingnya gizi seimbang dan hidup bersih dan sehat diharapkan mampu menurunkan angka stunting di Indonesia. "Dalam lingkup kerja kami di wilayah Puskesmas Ngantru, berharap mendapat dukungan dari seluruh warga desa dan perangkat desa. Masyarakat diberikan informasi agar lebih paham mengenai stunting, cara pencegahan dan apa saja penyebabnya," ujar Kapus. Lanjut dr. Dedi, dari data capaian kinerja program gizi tahun 2023 tercatat 70 balita mengalami stunting dan 32 ibu hamil KEK. Berdasar data di atas maka Puskesmas Ngantru membuat Kerangka Acuan Kegiatan sebagai usaha peningkatan pelayanan dalam ataupun luar gedung yang bertujuan untuk penurunan stunting. Kegiatan pokok yang dilakukan UPT Puskesmas Ngantru dalam pencegahan stunting yaitu, intervensi gizi spesifik pada 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). Pencegahan dan Penurunan Stunting dilakukan dengan cara pemeriksaan langsung terhadap sasaran baik pada saat pemeriksaan ibu hamil, pemeriksaan Hb untuk ibu hamil, pengukuran antropometri untuk bayi dan balita serta ibu hamil dan imunisasi bayi. Penyuluhan, ceramah dan tanya jawab pada kegiatan rakor stunting, kelas ibu hamil, penyuluhan PMBA, Penyuluhan TTD pada Rematri. "Konseling pada saat pemeriksaan kehamilan, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita, konseling PMBA, ASI eksklusif. Kunjungan rumah terhadap ibu hamil KEK/anemi/risti dan balita stunting/gizi kurang/gizi buruk. Rujukan balita stunting/gizi buruk/red flag ke rumah sakit, pengambilan sampel pada kegiatan surveilans kualitas air minum dan sanitasi dasar," ucap dr. Dedi. "Sasaran secara langsung yaitu, ibu hamil, ibu balita, balita usia 0-59 bulan, remaja putri, calon pengantin dan masyarakat lainnya. Sedangkan, sasaran tidak langsung lintas sektor yaitu, kepala desa, kader, PKK, toma, kepala sekolah, guru dan orang tua siswa," tambahnya. Pihaknya juga menjelaskan, peran lintas program juga sangat berpengaruh dalam setiap keberhasilan pelaksanaan kegiatan di masyarakat. "Bidan Desa berkoordinasi dengan pihak desa dan kader yang akan melakukan pendampingan terhadap bumil KEK dan balita stunting, KIA yang berperan dalam pemeriksaan kesehatan balita dan ibu hamil, imunisasi dan Kesling yang berperan dalam pemeriksaan kualitas air," tandasnya. (Dst).