SURABAYA, beritalima.com – Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. H. Saifullah Yusuf mengungkapkan bahwa penderita TB Tubercle Baacillus) yang dahulu lebih dikenal dengan TBC (Tuberculosis) Jawa Timur terbanyak nomor dua setelah Jawa Barat. Hal tersebut dikarenakan, masyarakat Jatim mulai ikut peduli terhadap penyakit menular yang ada di tengah masyarakat sehingga banyak sekali penderita TB yang terdeteksi dan mulai mendapatkan penanganan medis.
“Gambaran tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua. Pemerintah tidak akan mampu menangani sendiri tanpa bantuan dari masyarakat,” ungkapnya saat menghadiri Jambore Kader TB se Jatim yang diadakan PW Aisyiyah Provinsi Jatim, di Sport Center UINSA Jl. A. Yani Surabaya, Minggu (26/3).
Salah satu organisasi masyarakat yang ikut membantu pemerintah dalam penanganan TB adalah PW Aisyiyah melalui kader-kader TB, yang telah bertahun-tahun tampil ke depan ikut membantu pemerintah sampai ke pelosok daerah. Tidak hanya ikut mencari penderita dan membantu dalam pengobatan, tetapi juga ikut membantu dalam pemenuhan kebutuhan gizi yang diperlukan penderita TB.
Menurut Gus Ipul – sapaan lekat Wagub Jatim, tidak hanya TB, tetapi penyakit kusta di Jatim juga termasuk salah satu penyakit yang terbanyak di Indonesia nomor satu dan nomor tiga di dunia. Demikian pula penyakit katarak. Hal tersebut dapat terjadi karena banyak kader-kader yang terbentuk di tengah masyarakat untuk membantu pemerintah dalam menjaring sekaligus penanganan pengobatannya sampai sembuh.
Untuk itu, Gus Ipus menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada masyarakat yang telah membantu pemerintah dalam upaya percepatan perbaikan kondisi kesehatan masyarakat. Apalagi di tahun 2050 pemerintah telah menargetkan Indonesia sebagai negara bebas TB.
Pada kesempatan itu Gus Ipul menekankan pada kader TB agar menyosialisasikan tindakan promotif dan prenventif untuk penangan penyakit menular, disamping diperlukan adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni. “Sosialisasikan agar masyarakat mengenal tanda-tanda penyakit menular sebagai tindakan promotif dan ajak untuk memperbaiki pola hidup sehat, lingkungan hidup sehat, pola makan sehat, gizi cukup serta berolahraga sebagai tindakan preventif,” pintanya.
Pada kesempatan itu dicontohkan, banyak kasus anak kekurangan gizi tetapi orang tua mereka mampu membelikan dan memakaikan anaknya gelang emas. Mereka lebih mementingkan penampilan daripada asupan gizi pada anaknya.
Alasan untuk mengutamakan tindakan promotiv dan preventif karena kalau hanya menekankan pada tindakan kuratif atau pengobatan, maka hal tersebut akan menguras dana yang cukup besar. “Dana sebesar apapun tidak akan cukup untuk penanganan pengobatan atau kuratif,” jelasnya lebih lanjut.
Penguat untuk menekan jumlah penyakit menular semakin tinggi di Jatim menurut Gus Ipul adalah kita bangun kesadaran masyarakat untuk segera berobat apabila telah mengetahui terserang penyakit menular dan kita perkuat unit-unit terkecil di masyarakat untuk ikut membantu pemerintah dalam pencegahannya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Dr. dr. Kohar Hari Santoso, Sp. An. Pada kesempatan yang sama mengatakan bahwa saat ini di Jawa Timur terdapat penderita TB sebanyak 123.414 orang, dari jumlah tersebut baru 39 persen yang ditemukan dan dari jumlah tersebut sebanyak 89 persen telah mendapatkan pengobatan secara optimal.
“Program pemerintah sebaik apapun tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan dari masyarakat,” jelasnya. Masih minimnya penderita TB yang ditemukan menurutnya ada bermacam penyebab diantaranya rumah penderita jauh dan terpencil sehingga tidak mampu berobat secara rutin, badan tidak kuat untuk pergi ke balai pengobatan karena kurang gizi, penederita masih ragu dengan tenaga medis.
“Dengan birsinergi dan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, di tahun 2050 target pemerintah untuk menjadikan Indonesia bebas TB mudah-mudahan dapat tercapai,” ungkapnya peuh harap.
Sementara itu Ketua PW Aisyiyah Provinsi Jatim Dra. Hj. Siti Dalilah Candrawati mengatakan bahwa Aisyiyah melalui kader-kader TB berkomitmen untuk membantu pemerintah dalam penanganan penyakit TB sampai ke pelosok Jatim. Kegiatan yang dilakukanadalah program ketuk seribu pintu, dan saat ini telah mencapai 45 ribu ketuk pintu.
Selain itu, juga ikut menyebarluaskan informasi tentang TB kepada masyarakat dan stake holder, melakukan penyaringan terduga TB dan mendampingi pengobatan sampai sembuh, memotivasi pasien TB untuk melakukan test HIV, serta mendeklarasikan gerakan masyarakat TOSS (Temukan Obat Sampai Sembuh) TB.(*)