SURABAYA, beritalima.com – Jawa Timur, selama September 2018, deflasi 0,01 persen. Deflasi tertinggi di Jatim terjadi di Banyuwangi, 0,49 persen. Sebaliknya, Kota Kediri justru inflasi tertinggi, sebesar 0,20 persen.
“Dari delapan kota di Jatim yang kami survei, menunjukkan ada penurunan harga sejumlah komoditas, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Teguh Pramono, Senin (1/10/2018).
“Hal itu mendorong terjadinya deflasi sebesar 0,01 persen. Dari 132,42 pada bulan Agustus 2018 menjadi 132,41 pada bulan September 2018,” lanjutnya.
Pemicu terjadinya deflasi ada sejumlah faktor, antara lain penurunan tarif angkutan udara setelah bulan sebelumnya mengalami kenaikan. Selain itu harga telur ayam ras yang hingga saat ini mengalami penurunan.
Secara umum, kontribusi terbesar dari deflasi disumbang dari kelompok Bahan Makanan sebesar 0,87 persen, serta kelompok Transpot, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,24 persen.
Bahan makanan yang menyumbang deflasi antara lain bawang merah, cabai rawit, cabai merah, tomat sayur, gula pasir, telur ayam ras, daging ayam ras, kacang panjang, dan susu untuk balita.
Sedangkan kelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 1,02 persen. Selain itu diikuti kelompok sandang 0,41 persen, kesehatan 0,29 persen, perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,23 persen, serta makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,21 persen.
“Selain biaya pendidikan, faktor lain yang mendorong inflasi bulan September adalah naiknya harga jeruk dan pepaya. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, berimbas pada naiknya harga-harga buah impor, diikuti naiknya harga buah-buahan lokal,” pungkasnya. (Ganefo).