Pengamat: Reshuffle Kabinet Baiknya Bukan Untuk Akomodir PAN

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Isu reshuffle kabinet kembali menguat setelah Partai Amanat Nasional (PAN) menyatakan diri bergabung ke partai koalisi pendukung pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun, sampai saat ini belum satu juga kader dari partai pimpinan Zulkifli Hasan tersebut masuk dalam anggota Kabinet Indonesia Maju (KIM).

Kalau reshuffle atau perombakan kabinet tersebut semata hanya untuk mengakomodir PAN masuk kabinet, kata pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul Jakarta, Muhammad Jamiluddin Ritonga kepada Beritalima.com di Jakarta, Kamis (7/10) petang, sebaiknya tidak perlu dilakukan.

Hal tersebut, kata pria yang akrab disapa Jamil ini, langkah itu tidak akan meningkatkan kinerja kabinet Jokowi. Bahkan tidak menutup kemungkinan reshuffle yang hanya untuk mengakomodir PAN dapat menggoyahkan soliditas partai koalisi pendukung pemerintah.

Diantara partai koalisi, kata Jamil, bisa kecewa dengan masuknya PAN ke kabinet. PAN yang tidak ‘berkeringat’ dinilai tak adil masuk dalam kabinet, apalagi dikasih kursi. Relawan yang merasa berjasa juga akan kecewa bila PAN masuk kabinet.

Relawan yang bercucur keringat tak kunjung diakomodir di kabinet. Padahal, reshuffle idealnya dilakukan untuk meningkatkan kinerja kabinet. Menteri-menteri yang dinilai kinerjanya rendah dan kerap membuah gaduh diganti dengan orang yang diperkirakan dapat mendongkrak kinerja kabinet.

Hal itu sulit dipenuhi kalau reshuffle hanya untuk mengakomodir PAN atau para relawan yang dinilai berjasa mengantarkan Jokowi jadi presiden. Mau berapa kali pun reshuffle, tentu kinerja kabinet tidak akan pernah meningkat.

Jadi, kalau ingin meningkatkan kinerja kabinet, sebaiknya Jokowi berani lebih independen dalam melakukan reshuffle. Jokowi harus terbebas dari pengaruh partai koalisi pendukung pemerintah, termasuk Megawati Soekarnoputri, dalam mengganti menteri yang memang berkinerja buruk dan sering buat gaduh.

Untuk itu, Jokowi sebaiknya memilih pengganti menteri yang punya kemampuan di atas rata-rata, dapat bekerja dalam tim, dan mempunyai empati yang tinggi terhadap rakyat. Mereka ini yang dalam istilah Jokowi manusia yang bukan biasa-biasa saja.

“Hanya memilih orang yang tepat, reshuffle kabinet akan bermanfaat bagi rakyat. Kalau tidak, reshuffle kabinet hanya kegiatan rutinitas untuk berbagi kekuasaan sesama elit politik. Hal itu tentu sangat menyakitkan bagi rakyat yang ingin hidupnya lebih baik,” demikian Muhammad Jamiluddin Ritonga. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait