JAKARTA, Beritalima.com– Pengajar Isu dan Krisis Manajemen, Metode Penelitian Komunikasi dan Riset Kehumasan Universitas Esa Unggul Jakarta, Muhammad Jamiluddin Ritonga mengatakan, karangan bunga yang diberikan elemen masyarakat kepada Polri memberi pesan dukungan terhadap Polri dalam memberantas jaringan teroris, khususnya Munarman.
“Pesan dukungan itu tentu wajar dalam negara demokrasi. Rakyatnya berhak memberi apresiasi dan dukungan terhadap lembaga negara yang dinilainya berhasil,” kata laki-laki yang akrab disapa Jamil tersebut saat bincang-bincang dengan Beritalima.com, Jumat (30/4)
Lebih jauh dikatakan Jamil, hal itu dinilai wajar kalau memang karangan bunga itu murni atas inisiatif dari masyarakat. Hal ini menjadi aspirasi masyarakat yang dalam negara demokrasi harus dilindungi.
Hanya saja, pesan dukungan melalui karangan bunga itu menjadi tidak wajar bila kehadirannya hasil rekayasa. Individu atau lembaga tertentu memesan karangan bunga dengan pesan hampir senada dibuat seolah-olah dari sumber yang berbeda. Tujuannya tentu bermacam-macam, termasuk berupa dukungan terhadap individu atau lembaga tertentu.
Dalam kasus karangan bunga untuk Polri, lanjut Jamil, anehnya pemberi karangan bunga tidak dicantumkan. Hal ini membuat pihak yang menerima dukungan (Polri) tidak mengetahui siapa, lembaga mana yang mendukung.
“Karena itu, sulit menelusuri apakah karangan bunga itu berasal dari sumber yang sama atau berbeda. Semoga saja karangan bunga itu memang dari sumber yang berbeda,” kata Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Institut Ilmu Sosial Ilmu Politik (Fikom IISIP) Jakata 1996-1999
Karangan bunga itu juga semoga disampaikan masyarakat dengan setulus-tulusnya, bukan rekayasa dari pihakpihak yang mencari muka. Bila itu yang terjadi, pesan dalam karangan bunga itu sudah memuat kebohongan publik. Tentu hal itu akan menyesatkan masyarakat.
Hal itu perlu disikapi secara seksama mengingat pesan dukungan melalui karangan bunga sudah menjadi trend belakangan ini. Karangan Bunga sudah dijadikan bagian komunikasi politik yang tujuannya mempengaruhi opini publik.
“Komunikasi politik tidak boleh menyampaikan pesan bohong. Komunikasi politik melalui karangan bunga harus tetap menjunjung tinggi etika berkomunikasi,” demikian Muhammad Jamiluddin Ritonga.
Ya, dukungan melalui karangan bunga seperti yang diberikan kepada Mabes Polri bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya dukungan karangan bunga juga pernah diberikan kepada Polda Metro Jaya, Pangdam Jaya dan Lembaga Permasyarakat (Lapas) Cipinang dan Balai Kota DKI Jakarta semasa pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. (akhir)