Jakarta, Kewaspadaan akan bahaya terorisme, pembajakan dan pelanggaran wilayah perbatasan menjadi perhatian bersama. Sehingga upaya penanganannya tidak dapat dilaksankan secara sendiri, perlu sinergi antar penegak hukum di laut.
Hal ini disampaikan oleh Kasubdit Perencanaan dan Evaluasi Operasi Laut Kolonel Bakamla Asep Budiman saat memberikan pengarahan untuk pelaksanaan gladi studi kasus bagi peserta Briefing dan Gladi Posko Keamanan dan Keselamatan Laut di Aula Mabes Bakamla RI, Jl. Proklamasi No. 56, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (7/11/19).
Sehari sebelumnya, para peserta telah menerima materi paparan Kebijakan Gaklat dan Gakkum di laut Natuna Utara oleh Diplomat Muda Direktorat Hukum dan Perjanjian Kewilayahan DR. Gulardi Nurbintoro dan materi paparan Penanggulangan Kejahatan Terorisme di Wilayah Perbatasan Maritim Indonesia dan Filipina oleh Sestama BNPT Marsda TNI Dr. A. Adang Supriyadi.
Pelaksanaan studi kasus ini, para peserta dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama di ketuai oleh Kepala Pangkalan Kamla Batam Kolonel Ade P, S. Kel., M.Si(Han)., M.Tr. Hanla dengan anggota yang terdiri dari Bakamla, KKP dan Bea Cukai. Adapun skenario yang harus dikerjakan adalah kasus situasi laut Natuna Utara yang diketahui terdapat satu kapal pengawas perikanan Vietnam berpatroli digaris batas landas kontinen, diduga ada 1 kapal KIA membawa narkoba yang ditransfer dari kapal kargo yang melintas dan pada saat yang sama terdapat 1 KRI, 1 KN, 1 KP beroperasi di wilayah tersebut.
Kemudian, kelompok dua diketuai oleh Kabid Ops Kamla Zona Maritim Tengah Kolonel Bakamla Ahmad Muharam dengan anggota yang terdiri dari Bakamla, TNI AL, BNPT, KPLP, Ditpolair Baharkam Polri, BNN dan Imigrasi. Adapun skenario yang harus dikerjakan adalah kasus situasi laut Sulawesi yang diketahui terdapat kapal kargo berbendera Panama MV. Global Ambision yang dibajak oleh kelompok bersenjata pada TW. 1103.2100 WITA di laut Sulu, pada TW 1105.1700 WITA kapal tersebut terdeteksi berada di laut Sulawesi dengan kecepatan 12 knots, berdasarkan info dari interpol, kelompok tersebut juga membawa senjata dan hendak diselundupkan ke Sulteng melalui Tinakareng di Sulut. Senjata tersebut akan digunakan kelompok teroris di Sulteng untuk melaksanakan aksinya. Pada saat yang sama terdapat 1 KRI dan 1 KN Bakamla sedang beroperasi di wilayah tersebut dalam rangka Patkor Indomalphi. Sedangkan 2 KRI, 1 KN, 2 KP Polisi dan 1 BC berada di pangkalan masing-masing. Terdapat juga 1 Patmar TNI AL standby di Lanudal Manado.
Skenario yang telah dibuat kemudian dipaparkan dihadapan jajaran pejabat Bakamla dan seluruh peserta sebagai hasil diskusi kelompoknya.
“Saya berharap pelaksanaan Latihan Gladi Studi Kasus ini, benar-benar dipedomani dan dijadikan acuan, kemudian ditindaklanjuti agar dapat menciptakan kesiapan yang lebih baik dalam menghadapi situasi yang sebenarnya dilapangan,” ujar Kolonel Asep.