Jombang | beritalima.com – Plumbongambang salah satu desa di pelosok Kabupaten Jombang 30 kilometer ke selatan dari pusat kota, sebagian besar pengrajin manik – manik dilakukan masyarakat setempat dari generasi ke generasi hingga sekarang. Namun saat ini pengusaha manik manik mengalami kekurangan bahan baku.
Suloso selaku Ketua Asosiasi Pengrajin Manik Manik dan Aksesoris di Kabupaten Jombang memiliki beraneka ragam manik manik dan aksesoris mulai dari pengumpulan bahan baku sampai pembuatan manik manik sesuai jenis dan ukuran.
Beragam jenis manik manik dan aksesoris yang dikerjakan karyawannya dari ukuran kecil sampai ukuran besar. Dan terbagi beberapa karyawan yang mengolah produksi manik manik dan aksesoris. Semua bahan berasal dari limbah pecahan kaca atau beling baik bekas piring, mangkok, gelas, botol dan lain sebagainya.
Semuanya bisa diolah dan bisa dipilah berdasarkan warna setelah dimasak makanya sebelum dimasak dipilih warna limbah pecahan kaca sehingga menjadi bahan baku utama berbentuk lidi kaca panjang untuk dilanjutkan ke bagian produksi.
Tenaga terampilnya sudah tidak diragukan oleh pemilik Griya Manik Manik dalam mendaur ulang limbah pecahan kaca menjadi nilai ekonomis. Namun yang perlu diketahui wartawan ini bahwa harga manik manik tergantung biaya produksi meskipun berbahan baku beling.
Kabarnya dari pemilik griya manik manik mengalami kekurangan bahan baku untuk mencukupi kebutuhan permintaan pasar sampai ke beberapa negara diantaranya Malaysia, China, Thailand, Auatralia, Jepang, Korea, dan sebagainya.
“Pengiriman pesanan hampir tiap hari,” pungkas pemilik griya manik manik.
Jurnalis : Dedy Mulyadi