JAKARTA, beritalima.com – Menkominfo Rudiantara mengakui pemerintah bisa melacak dari mana sumber berita hoax dan ujaran kebencian berasal, yang menyebar lewat aplikasi chatting seperti WhatsApp, Line, dan BlackBerry Messenger.
Dikatakan Rudiantara, Kemenkominfo sudah mempunyai metode untuk melacak siapa pihak pertama yang menyebarkan informasi tersebut. Nantinya, jika diperlukan, Kemenkominfo bisa melapor kepada kepolisian untuk melakukan penindakan hukum.
“Pokoknya, asalnya dari mana. Bisa ditelusuri ke belakang,” ucap Rudiantara seusai rapat terbatas di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta (29/12/2016).
Rudiantara mengakui, pemantauan di aplikasi chatting ini lebih sulit dilakukan karena sifatnya lebih privat, tak seperti pemantauan di jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Namun, bukan berarti pemantauan tidak bisa dilakukan. Hanya saja, penanganan yang dilakukan berbeda.
Menurut Rudiantara, ujaran kebencian, provokatif, hingga informasi hoax dan fitnah saat ini banyak disebarkan melalui aplikasi chatting.
“Media sosial kan ada media sosial (murni), ada yang chatting. Nah yang chatting penanganannya beda lagi,” kata Rudiantara.
Rudiantara mengatakan, melalui aplikasi chatting, biasanya menyebar informasi atau pesan yang bersifat provokasi dan kebohongan dari satu kontak ke kontak yang lain.
Sementara untuk akun di media sosial, lanjut Rudiantara, pemantauannya akan lebih mudah.
Jika Kemenkominfo menemukan akun yang menyebar kebencian dan fitnah, maka sudah dipastikan akun tersebut langsung diblokir.