SURABAYA, Beritalima.com |
Pakar Ekonomi Universitas Airlangga (UNAIR) menanggapi imbas penyebaran virus Corona di China pada perekonomian Indonesia. Menurut Dr. Wisnu Wibowo, S.E., M.Si., penyebaran virus Corona itu memberikan dampak yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia, baik secara nasional maupun daerah.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR memaparkan bahwa setidaknya ada dua sektor yang akan terkena imbasnya. Pertama adalah terganggunya proses produksi karena tertundanya impor bahan baku dan bahan penolong untuk industri manufaktur.
“Pada sisi lain, eksporpun bisa ikut terganggu, karena China merupakan salah satu negara pengimpor terbesar produk-produk Indonesia,” jelasnya.
Kedua, lanjutnya, ialah mengancam sektor pariwisata dan turunannya. Hal ini karena jumlah wisatawan China adalah ketiga terbesar setelah Malaysia dan Singapura, baik di level Jatim maupun nasional.
“(Turunan dari pariwisata tersebut, red) seperti sektor jasa akomodasi berupa hotel dan restoran, makanan minuman, kerajinan serta transportasi,” imbuhnya.
Wisnu menekankan bahwa seluruh dunia dirugikan oleh penyebaran virus Corona tersebut. Hal yang diperlukan saat ini adalah kerja sama dan kolaborasi internasional untuk membatasi serta mengatasi dampak penyebaran virus Corona sesegera mungkin.
Lebih lanjut, Wisnu berharap Pemerintah Indonesia juga turut andil untuk mengatasi dampak negatif dari penyebaran virus Corona. Pertama, pemerintah dan pihak terkait seperti Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, dan pihak lainnya harus melakukan langkah antisipasi terhadap peluang penyebaran virus Corona di Indonesia.
“Hal ini mengingat bahwa interaksi dan mobilitas yang cukup tinggi di antara Warga Negara China dengan Warga Negara Indonesia,” tambahnya.
Kedua, secara ekonomi pemerintah pusat dan daerah dengan kekuatan fiskal yang ada, harus meningkatkan aktvitas realisasi belanja pusat dan daerah. Tujuannya ialah agar risiko kontraksi ekonomi dapat diminimalisir.
Hal lain yang juga dapat ditempuh ialah dengan meningkatkan konsumsi domestik atau menyasar daerah atau negara tujuan ekspor alternatif bagi produk Indonesia. Pemerintah Indonesia juga bisa mencari negara alternatif sebagai pemasok bahan baku dan bahan penolong.
“Peristiwa ini dapat memberikan hikmah bagi pentingnya membangun kemandirian sektor ekonomi dan manufaktur Indonesia agar tercapai ketahanan ekonomi nasional,” pungkasnya.(yul)