Caption: Momen Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat memperingati Nuzulul Qur’an di Mojokerto.
MOJOKERTO, beritalima.com|
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, Nuzulul Qur’an atau malam diturunkannya Al Qur’an adalah mukjizat terbesar yang diberikan Allah untuk Nabi Muhammad SAW. Karena itu, bagi umat Islam, Al Qur’an tidak hanya sekadar bacaan dan pengetahuan, tetapi referensi akhlaq yang menjadi dasar pada pola pikir, pola sikap dan pola gerak kehidupan umat Islam.
Pesan tersebut disampaikan Khofifah saat menghadiri Tabligh Akbar Peringatan Nuzulul Qur’an bersama Walikota Mojokerto Ika Puspitasari di Alun Alun Kota Mojokerto, Kamis (6/4/2023) malam.
“Suatu saat Sayyidatina Aisyah Binti Abu Bakar ditanya oleh ayahanda beliau Sayyidina Abu Bakar r.a. apa kesan saat menjadi istri Rasulullah Muhammad SAW. Kemudian Aisyah r.a. menjawab, kana khuluquhul qur’an (bahwa akhlak Rasulullah adalah Al Qur’an),” ujarnya.
Menurutnya, pola pikir dan sikap yang tercermin bedasarkan Al Quran akan menciptakan kerukunan dan suasana harmoni diantara sesama muslim bahkan, kerukunan bagi umat beragama lainnya di Indonesia termasuk Jawa Timur. Kerukunan tersebut telah tercermin di awal abad ke 15 oleh kerajaan kerajaan besar di Indonesia.
Oleh karenanya, Gubernur perempuan pertama di Jatim itu menuturkan, momentum bulan puasa tahun ini diisi dengan rangkaian Safari Ramadhan untuk menapaktilasi jejak dakwah para ulama besar di Jatim yang meletakkan dakwah diatas dasar kerukunan antar sesama.
“Kerukunan yang tumbuh harmonis ini tolong dijaga. Karena kerukunan ini menjadi bagian dari pembentuk persatuan dan kesatuan persaudaraan,” tandasnya.
Khofifah menambahkan, diawal Safari Ramadhan, banyak kegiatan dilakukan dengan menapaktilasi jejak masjid yang memiliki sejarah kuat dalam proses berdirinya Islam di Tanah Jawa, khususnya di Jawa Timur.
“Format Safari Ramadhan kami rancang mulai dari memberikan santunan kepada anak yatim hingga sholat tarawih di Masjid masjid yang telah berdiri pada tahun 1.400-1.700 an lampau. Dan seluruh rangkaian diakhiri dengan ziarah di makam para ulama penyebar dakwah islam di Jatim,” tegasnya.
Khofifah mengisahkan, dalam mengawali kegiatan Safari Ramadhan di Kab.Gresik, Khofifah berkunjung ke Masjid Jami Gresik yang menyimpan sejarah, di mana masjid ini dibangun oleh seorang ulama dan saudagar perempuan yang sangat disegani yakni Nyai Ageng Pinatih.
Bahkan, Nyai Ageng Pinatih ini memiliki Kapal di zamannya sehingga Majapahit menjadikannya Kepala Syahbandar selain menjadi saudagar. Disisi lain, Nyai Ageng Pinatih juga menimba ilmu di Sunan Ampel dan Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Giri Gresik.
“Artinya, sosok Nyai Ageng Pinatih ini yang menjadi saudagar namun juga pandai dalam ilmu agamanya menjadi inspirasi bagi masyarakat di Bumi Majapahit. Semoga masyarakat Kota Mojokerto ini bisa menjadi saudagar yang kaya juga bisa nyantri memperdalam ilmu agama,” ungkapnya
Selanjutnya, kegiatan Safari Ramadhan dilakukan di Kabupaten Tuban dimana Masjid Agung Tuban yang pintu belakangnya tersambung dengan Makam Sunan Bonang. Masjid Agung Tuban didirikan pada tahun 1.411 yang memiliki kubah pertama dan menjadi refrensi masjid berkubah di banyak tempat saat ini.
Menariknya, keberadaan Masjid Jami’di Gresik dan Masjid Agung di Tuban masuk pada kejayaan Kerajaan Brawijaya III dimana dibanyak refrensi menarasikan merupakan kerajaan Hindu akan tetapi dengan penuh moderasi dari Raja Brawijaya para adipati boleh mendirikan masjid dan syiar islam diberi ruang.
“Ini artinya umat Islam diberikan kesempatan untuk beribadah dan mendirikan masjid. Kerukunan hidup disini juga dibangun dan diajarkan,” urainya.
Sementara itu, saat berada di Ponorogo Khofifah berkesempatan, melaksanakan jamaah shalat tarawih di Masjid Jami’ Tegalsari, Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo. Disinilah jejak salah satu masjid tertua di Indonesia yang didirikan sekitar abad ke-18 oleh Kyai Ageng Muhammad Besari. Dalam banyak referensi, Kyai Ageng Muhammad Besari memiliki silsilah keturunan dari Majapahit serta Guru dari Pangeran Diponegoro serta HOS Cokro Aminoto.
Di akhir, Khofifah menyebut bahwa tugas pemerintah saat ini menjaga harmoni antara kehidupan beragama dan menata negara dengan dukungan dari banyak pihak bersama TNI-Polri, perguruan tinggi, pondok pesantren dan lembaga lembaga lain serta kekuatan persatuan dan persaudaraan masyarakat.
“Mudah mudahan Allah SWT menjadikan Indonesia, Jawa Timur dan Mojokerto memiliki persatuan dan kesatuan yang kuat, aman, tenang, tentram dan damai. Semoga ridho dan barakah Allah bersama kita semua. Aamin,” harapnya.
Sementara itu, Walikota Mojokerto Ika Puspitasari mengatakan, peringatan Nuzulul Quran yang telah memasuki separuh ibadah di Bulan Suci Ramadahan ini diharapkan menjadi penyemangat dalam beribadah. Serta, seluruh umat muslim di Mojokerto bisa dipertemukan malam lailatul qodar.
Ditambahkan, malam Tabligh Akbar Peringatan Nuzulul Quran ini sengaja menghadirkan banyak orang untuk dapat mengungkit perekonomian di Kota Mojokerto. Terutama para pelaku UMKM dan PKL yang juga turut berperan dalam menggerakkan ekonomi di Mojokerto ini.
“Kami menyampaikan bahwa tahun ini Kota Mojokerto banyak kegiatan yang menghadirkan masyarakat dengan tujuan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Karena, Perdagangan dan jasa khususnya sektor UMKM yang berkontribusi menggerakkan sektor ekonomi di Kota Mojokerto,” paparnya.
Dalam tausyiahnya, KH. Imam Chambali mengatakan, bahwa Al Quran menjadi mauidoh atau tuntunan yang harus dijadikan panutan bagi setiap muslim yang beriman. Maka, menjadi santri harus bisa mengaji dan membaca Al Qur’an sehingga bisa menjadi kebanggan orang tua, agama dan lingkungan.
“Rata rata orang tua ingin anaknya bisa mengaji dan mendoakan kedua orang tuanya. Terbukti, anak yang tidak bisa mengaji dan membaca Al Quran akan menyulitkan orang tua. Sementara, hal yang bisa menyebabkan seseorang hidup selamat yakni salah satunya dengan mengaji,” tutupnya. (Yul)