Bima NTB, beritalima.com
Anjloknya harga garam di Kabupaten Bima NTB, membuat Petani garam semakin menjerit, bayangkan saja Pengecer mematok harga per karung garam hanya Rp. 4.000. Langkah -langkah telah ditempuh oleh Petani garam yang tergabung dalam Forum Petani Garam (FPG) Kabupaten Bima dibawah pimpinan Ediwan UlilCell, misalnya melakukan audiensi dengan pihak legislatif (DPRD) Kabupaten Bima, meminta dibuatkan Perda untuk menstabilkan harga garam. Karena menurut mereka harga tersebut dianggap tak layak. Namun hingga hari ini Pemerintah dan DPRD tidak merespon sama sekali, ujar Petani Garam. Kesal karena permintaan mereka selama ini tidak digubris, akhirnya Forum Petani Garam Kabupaten Bima, Rabu (3/8/2016), memblokir jalan negara di Perempatan Talabiu Kecamatan Woha menggunakan batu dan potongan batang pohon. Akibat aksi pemblokiran jalan ini, praktis kendaraan tidak bisa melewati jalan negara tersebut. Akibatnya, berjam-jam jalan tersebut macet total.
Aparat Kepolisian Resort Bima Kabupaten dibawah kendali Kapolres AKBP Gatut Kurniadi SH,S.IK pun terlihat kewalahan mengatasi aksi demo. Hanya saja, tak sempat terjadi ketegangan, baik antara pendemo dengan Polisi maupun pendemo dengan pengguna jalan raya. “Kami melakukan aksi damai, baik pengguna jalan raya maupun aparat keamanan telah kami beritahu tentang maksud dan tujuan kami untuk melakukan aksi pemblokiran jalan negara ini. Itulah yang sukses membuat aksi tersebut berlangsung tanpa ketegangan,” ujar Ediwan UlilCell. Total jumlah pendemo, melibatkan petani garam yang ada di 11 Desa di Kabupaten Bima. Sebelum aksi tersebut digelar, pihaknya sudah tiga kali menghadap DPRD Kabupaten Bima. Hal yang sama juga dilakukan di Pemkab Bima. “Hanya saja, jeritan petani garam tidak pernah di dengar. Karenanya, aksi ini adalah alternatif dengan harapan agar pemerintah mendengarnya. Sebaliknya, aksi yang lebih ganas lagi akan kembali digelar di kemudian hari,” ancamnya.
Pada kesempatan itu, orator menyampaikan bahwa pembuatan garam manual ini dilakukan sangat berat, tetapi, hasilnya tak sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan, ujarnya”. “Anda bisa bayangkan, harga garam per karung dari petani hanya Rp. 4 ribu. Sementara pengecer menjualnya lagi seharga Rp. 6 ribu per karung dan bahkan ada yang Rp. 10 ribu per karung. Dalam orasi yang cukup alot tersebut, mereka menuntut pemerintah menstabilkan harga garam. Pantauan dilapangan pukul 15.30 Bupati bersama rombongan yang didampingi Ketua DPRD Kabupaten Bima dan Kapolres Bima Kabupaten, beserta Dandim tiba di lokasi tersebut. Bupati Bima langsung mengajak pendemo untuk duduk bersama di Lapangan Bola Talabiu. Tujuannya, beraudensi sekaligus mendengarkan keluhan petani garam dan langkah-langkah yang akan diambil oleh pemerintah dalam waktu dekat. Pada moment pertemuan tersebut, menuntut perhatian pemerintah terhadap persoalan apapun, tak seharusnya melakukan aksi pemblokiran jalan. Karena, pada prinsipnya pemerintah tidak pernah menutup ruang bagi masyarakat untuk berkonsultasi terkait apapun yang menjadi tuntutannya. “Kami selalu membuka diri untuk menerima apapun bentuk aspirasi masyarakat. Untuk itu, jangan lagi ada aksi pemblokiran jalan atau aksi lain yang dapat mengancam stabilitas keamanan dan kenyamanan daerah,” imbuh Bupati.
Bupati berjanji akan mendukung apa yang menjadi tuntutan petani garam dengan memberikan berbagai bantuan serta fasilitas dan kerjasama yang baik. Untuk itu, kedepan Bupati Bima berharap agar kejadian pemblokiran jalan seperti yang sudah terjadi, tak terulang lagi. “Soal tuntutan petani garam tersebut, pemerintah akan menyelesaikannya dengan cara mengkroscek atau mengoreksi ulang beberapa program yang telah dicanangkan,” janjinya. Dari hasil audiensi yang berlangsung dingin tersebut, jalan yang semula diblokir akhirnya dibuka oleh pihak pendemo. Dan, selanjutnya pihak pendemo langsung membubarkan diri. (B5-SUKUR)