Mereka yang dalam hatinya masih terduduk ragu, bahwa tuhan itu nyata, kini tengah menghadapi kebingungan yang luar biasa.
Mereka yang masih menuhankan akal dan ilmu pengetahuan, kini tengah berada di persimpangan jalan, sebab di tangannya tak ada pedoman.
Dunia, saat ini, sedang diguncang, sedang dihantam, sedang diuji, agar nampak siapa yang masih menyimpan iman dalam hati.
Bukankah ada yang mengatakan wanita-wanita muslimah yang memakai niqab adalah bentuk diskriminasi agama terhadap perempuan?
Bukankah ada yang memandang kolot orang-orang yang menolak berjabat tangan dengan lawan jenis?
Bukankah ada yang merasa ketakutan ketika dalam keramaian orang berteriak: Allahu Akbar?
Bukankah ada yang berpikir bahwa mencuci kaki dan tangan untuk melakukan ibadah yang dilakukan lima kali sehari adalah hal yang sia-sia?
Manusia tetap saja tak mengerti, tak mau mengerti. Hingga Allah hadirkan corona. Agar manusia kembali merenung dan membaca. Tak lama, dunia berubah dalam sekejap mata.
Memakai masker, menutup sebagian wajah adalah bentuk penjagaan diri.
Tidak menyentuh dan berjabat tangan dengan orang lain adalah upaya agar diri tetap merasa aman.
Melihat dan mendengar orang lain batuk dan bersin tanpa menutupnya, lebih ditakuti daripada orang yang bertakbir mengagungkan tuhannya.
Dan sering-sering mencuci tangan adalah sebuah keharusan.
Kita tak pernah tahu kapan cerita ini akan berakhir, kapan keresahan ini akan berhenti bergulir, dan kapan iman ini akan terus berjalan terombang-ambing. Yang pasti, memulai dan mengakhiri, adalah hal yang begitu mudah bagi Allah.
Bukankah kian hari kian terasa dekat tanda-tanda-Nya?
Mengetahui ini, sepatutnya membuat kita merenung dan berpikir. Barangkali, hari itu sudah tidak lama lagi. Untuk itu, marilah kita bertaubat. (ts)