BIREUEN, BERITALIMA – Para keturunan raja, Sultan, dan Para Ulee Balang Se-Aceh serta Para Budayawan dan sejarawan Minggu barusan berziarah ke titik nol Kota Banda Aceh di Gampong Jawa dan ke Makam Endatu mereka.
Setibanya para keturunan raja-raja yang ada di Aceh sangat menyesalkan karena makam endatu mereka serta makam para ulama Aceh yang berada di titik Nol Kota Banda Aceh sudah menjadi kompleks pembangunan proyek Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Pewaris Raja Jeumpa Teuku Iskandar Muda kepada www.beritalima.com Selasa (12/9) di Sagoe Kupi Bireuen menyebutkan, para Pewaris Raja Se-Aceh yang hadir untuk melakukan ziarah ke Makam Endatunya dan para ulama memprotes pihak kontraktor yang akan membangun IPAL sebab di komplek itu adalah makam keturunan Raja – Raja dan para ulama.
“ Kami menyesalkan dan merasa sangat sedih bila di areal pemakaman endatu kami dan para ulama akan dibangun IPAL. Maka kami pewaris raja se-Aceh membuat surat protes sekaligus menyerahkan surat tersebut kepada M Nasir Jamil salah seorang Anggota DPR RI asal Aceh yang turut hadir dalam kegiatan ziarah kami untuk dfiteruskan ke Presiden RI Bapak Joko Widodo agar meminta pertimbangan untuk menghentikan atau memindahkan pembangunan IPAL ke lokasi lain. “ Ungkap Teuku Iskandar Muda.
Teuku Iskandar menjelaskan turut hadir dalam ziarah makam keturunan Raja dan para ulama kharismatik Aceh adalah Meurehom Daya Teuku Saifullah, Pewaris Raja Mukim 26 Kutaraja Raja Meurah, Pewaris Raja Pase Teuku Raja Nasruddin, Pewaris Raja Jeumpa Teuku Safrizal Dan Teuku Iskandar Muda, serta beberapa keturunan raja dan ulee balang lainnya.
Selain itu tambah Iskandar Muda hadir Sejarawan dan tokoh Budaya Tgk A Raman Kaoy dan Dr Husaini Ibrahim, kolektor naskah kuno Tarmizi A Hamid, serta Anggota DPR RI Nasir Djamil.
Lebih jauh Teuku Iskandar Muda menyebutkan sesuai penuturan Pewaris Raja Meurehom Daya, Teuku Saifullah, bahwa Gampong Pande hingga area radius 5 km dari lokasi tersebut merupakan kawasan Kerajaan Islam Aceh zaman dahulu makanya moment ziarah yang mereka lakukan adalah melestarikan makam leluhur raja dan ulama Aceh.
Terkait dengan pembangunan IPAL sebut Teuku Saifullah memang sangat-sangat bermanfaat bagi masyarakat,akan tetapi yang menjadi masalah, lokasi pembangunannya tidak tepat sebab berada di bekas berdirinya kerajaan Aceh yang memang area makam para raja, ulama, hingga bangsawan.
“ Bayangkan kotoran manusia akan kita timbun di atas makam para indatu dan para ulama kita, tentunya sangat memalukan Bangsa Aceh dan Indonesia bahkan apa kata dunia terutama jika dilihat bangsa melayu lainnya seperti Malaysia dan Brunei Darussalam,” ujar T Iskandar memaparkan ungkapan Teuku Saifullah.
Kami keturunan Raja-Raja di Aceh yang sudah komit melestarikan situs sejarah endatu mengharapkan proyek IPAL dipindahkan ke tempat lain, apalagi masih banyak lahan di kawasan Banda Aceh masih memiliki lahan lain yang cukup luas.
Di sisi lain mereka juga mengingatkan agar jangan memindahkan makam kono leluhur mereka dan para ulama Aceh demi demi untuk proyek yang masih bias dicari lokasi lain dan tidak di area pemakaman.
Sementara itu pihak PT Nindya Karya Andrian selaku kontraktor pelaksana proyek IPAL yang berada di antara Gampong Jawa dan Gampong Pande hanya sebagai pelaksana dan menyebutkan bahwa mereka bekerja sesuai kontrak dengan pemerintah, dalam hal ini Kementerian PUPR RI.
Menujrut Andrian Perwakilan Pihak Kontraktor PT Nindya Karya itu medngatakan dihentikan atau diteruskan pihaknya tergantung pemerintah dan mereka selaku pelaksana proyek hanya menjalankan pembangunan IPAL tersebut sesuai kontrak yang sudah disepakati danmenyangkut kebijakan menghentikan atau melanjutkan akan menjadi wewenang Kementerian PUPR dan Pemko Banda Aceh.
Andrian menambahkan, Kontrak PT Nindya Karya di proyek senilai Rp 107,3 Miliar dan akan berakhir Oktober 2017. (ABDULLAH PEUDADA )