SURABAYA, beritalima.com | Pilwali Surabaya dipastikan head to head setelah pasangan Machfud Arifin – Mujiaman yang diusung PKB, PPP, Golkar, Nasdem, PAN, Demokrat, Gerindra, PKS, resmi mendaftar ke KPU Surabaya menyusul pasangan yang diusung PDIP-PSI, Eri Cahyadi-Armudji. Berbagai pengamat pun menilai kedua pasangan ini memiliki kekuatan yang hampir berimbang. Lantas, bagaimana dengan kandidat Pilwali Surabaya yang tidak terekom?
Lia Istifhama, salah satu kandidat yang sempat dinilai memiliki kans besar di posisi wakil walikota, menjelaskan arah dukungannya.
“Proses Pilwali saya berjalan sangat natural seperti air, terus mengalir meski kadang sedikit demi sedikit. Namun ternyata proses tersebut harus terhenti. Tentu saya di posisi menghormati dan mengapresiasi kedua pasangan yang lolos. Namun, saya untuk saat ini masih silent, ya? Saya ingin melihat saran masukan relawan. Karena mereka berperan penting dalam proses sosialisasi turun ke masyarakat”, ujarnya yang didampingi ketua tim pemenangan, Gus Yusuf Hidayat.
Lia juga tidak menampik bahwa memilih arah dukungannya dalam Pilwali Surabaya, bukan hal mudah.
“Kedua pasangan memiliki keistimewaan masing-masing. Dan saya sendiri, ada irisan dengan basis relawan mereka masing-masing. Irisan ini disebabkan kesamaan dalam barisan relawan ketika Pilgub dan Pilpres. Jadi harus sangat dihati-hati agar tidak menimbulkan perselisihan hanya karena arah dukungan,” ujar aktivis sosial yang bergelar Doktor di bidang ekonomi Islam tersebut. Senada dengannya Yusuf Hidayat menjelaskan hal sama.
“Sekarang pasangan tinggal dua. Mau menentukan yang A atau B, kami harus melihat suara relawan dan masyarakat. Namun kami yakin, siapa yang nanti akan didukung relawan, insya Allah itu pasangan yang bakal menang. Karena relawan tidak mungkin memutuskan tanpa melihat langsung kecenderungan yang dipilih masyarakat”, ujar tokoh Nahdliyyin tersebut. (red)