MAKASSAR – Setelah bangsa Indonesia masuk kedalam perjanjian pada tingkat negara ASEAN atau yang lebih dikenal dengan era Masyarakat Economic ASEAN (MEA) tantangan yang dihadapi bangsa kita ini semakin berat, terutama di dalam menghadapi persaingan di sektor lapangan kerja.
Demikian dikatakan Direktur Stikper Gunungsari Makassr, Dr Pius Nalang, pada acara Capping Day mahasiswa Stikper dan Akibid Gunngsari Makassar, Rabu 15 Maret di Aula Training Centre Kampus Lama UINAM.
Dikatakan, sekarang ini jumlah tenaga kerja asing yang masuk ke wilayah Indonesia, sudah menguasai semua sektor kehidupan, baik sektor swasta, ekonomi maupun pemerintahan. Apa yang terjadi? Jika kita tidak siap menghadapinya maka pastilah kita akan menjadi penonton setia di negeri sendiri.
Disebutkan data dua tahun terakhir ini, dimulai 2015, jumlah tenaga kerja asing di Indonsia mencapai 69.025 orang meningkat di tahun 2017 menjadi 74.186 orang. Paling banyak tenaga kerja asing dari Philipna sebanyak 3.428 orang, Inggris 2.252 orang, Singapura sebanyak 1.748 orang serta dari negara-negara lainnya sebanyak 7.684 orang.
“Ada kelebihan tenaga kerja asing di negeri kita ini, memiliki kompetensi dan keahlian sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sementara tenaga kerja Indonesia umumnya tidak memiliki kompetensi dan keahlian di bidanggnya.
“Akbatnya kita hanya akan menjadi penonton setia, karena tidak mempunyai keahlian dan tidak memiliki kompetensi atau skill yang memadai. Terutama lemah dalam penguasaan bahasa Inggris. Kemampuan kita berbahasa dunia khususnya bahasa inggris masih sangat lemah bagi kita,”ujarnya seraya mengatakan, perguruan tinggi memegang peranan yang sangat penting didalam meningkatkan daya saing generasi masa depan.
Pius Nalang yang juga adalah ketua umum KKB NTT Sulsel periode 2017-2021 ini, memberikan solusi. Dikatakan, sebagai pengelola pendidikan di Stikper Gunungsari, telah menyiapkan lima langkah strategis menghadapi era globalisasi tersebut.
Pertama, peningkatan sumber daya dosen. Selama ini sudah mengirim 8 orang untuk mengikut pendidikan magister (S2) dan semuanya dalam proses penyelesaian.
Kedua, baik Stikper maupun Akbid tahun ini telah merencanakan untuk membangun klinik praktek mahasiswa yang dapat menerima pasien rawat inap. Selain itu rumah klinik praktek ini sekaligus sebagai tempat pelatihan dan magang bagi mahasiswa Stikper dan Akbid Gunungsari.
Ketiga, Stikper dan Akbid juga sudah melakukan kerjasama penandatanganan MoU dengan perguruan tinggi di Philipina, dan Thailan. Kerjasama ini untuk pertukaran dosen maupun mahasiswa dalam upaya peningkatan SDM.
Keempat, saat ini Stikper dan Akbid sedang memperbaiki dan merehabilitasi kampus serta melengkapi alat-alat belajar dalam rangka mendukung kualitas belajar mahasiswa serta kelim adalah melakukan kerjasama dengan sejumlah rumah sakit – rumah sakit dan puskesmas baik yang ada di Sulsel maupun di luar Sulsel, untuk melakukan pelatihan dan praktek mahasiswa.(nasrullah)
Balas Balas ke Semua Teru