KUPANG, beritalima.com – Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Provinsi Nusa Tenggara Timur berkomitmen mencegah Stunting dan Gizi Buruk di provinsi berbasis kepulauan itu.
Sebagai wujud komitmen tersebut, Ketua TP PKK Provinsi NTT, Julie Sutrisno Laiskodat bersama Wakil Ketua, Maria Fransisca Djogo, membentuk desa model di 22 kabupaten/kota se-NTT. Desa model/kelurahan model atau pilot projeck menjadikan desa model itu sempurna.
Ketua TP-PKK Provinsi NTT, Julie Sutrisno Laiskodat menyampaikan hal itu kepada wartawan di Kupang, Kamis (8/10/2020).
Julie Laiskodat yang didampingi Wakil Ketua TP-PKK Provinsi NTT, Maria Fransisca Djogo, mengatakan, PKK mempunyai 10 program pokok. Dari program-program tersebut, didalamnya mengurus dan mencakup seluruh aspek kehidupan yang bersentuhan langsung dengan 39 perangkat daerah yang ada di lingkup pemerintah provinsi NTT.
“Dari sepuluh program saya melihat bahwa program yang lalu sudah bagus, dan kami berdua bersepakat untuk menyempurnakan. Saya dengan ibu Meri lebih konsentrasi ke sumber daya manusia (SDM). Karena dari data yang ada di kita, NTT termasuk kasus stunting tertinggi dan gizi terburuk,” kata Bunda PAUD NTT ini menambahkan.
Anggota Komisi IV DPR RI (F-NasDeM) ini menambahkan, berdasarkan data bahwa NTT, adalah termasuk stunting tertinggi dan gizi terburuk.
“Kita tahu bahwa stunting dan gizi buruk itu mempengaruhi kecerdasan seseorang. Dengan demikian, kami PKK lebih fokus bagaimana mencegahnya supaya kasus stunting dan gizi buruk tidak mengalami kenaikan,” ujarnya.
Saat ini di NTT ada 3.026 desa tidak mungkin semua program dieksekusi dalam satu atau lima tahun.
“Nggak mungkin program itu dieksekusi dalam satu tahun atau lima. Jadi kami di PKK bersepakat untuk membuat terobosan yang namanya desa model atau pilot projeck menjadikan desa model itu sempurna. Jadi kami memilih desa model dibantu dibantu oleh bupati/wali kota untuk menunjuk desa model, yaitu setiap kabupaten ada satu desa model PKK provinsi. Kalau di Kota Kupang di kelurahan Manutapen,” ungkapnya.
Dari 22 desa model itu, lanjut dia, TP-PKK NTT membuat program mencegah stunting dan gizi buruk. “Puji Tuhan, tahun 2020 PKK NTT mendapat anggaran Rp30 miliar. Dari anggaran itu, tidak ada yang dipakai untuk perjalanan dinas, semuanya fasilitas,” kata Julie menjelaskan.
Dengan anggaran yang ada, kata Julie, mulai anak PAUD dan anak SD dianggarkan untuk sarapan pagi bersama. Sarapan bersama ini dilakukan setahun mereka bersekolah disitu akan terus mendapatkan sarapan pagi bersama.
“Gizinya kita sudah berkonsultasi dengan ahli gizi didalmnya ada kelor dan ikan. Karena kelor kita yang terbaik dunia dan gizinya 17 kali lebih baik dari susu. Dan ikan itu untuk anak-anak supaya otaknya lebih cerdas. Yang memasak menu itu adalah ibu-ibu PKK yang ada di tempat itu. Selain anak kita sehat perputaran ekonomi berdampak positif bagi masyarakat,” jelas Julie.
Dia menambahkan, stunting tidak bisa hanya dicegah pada 1.000 hari pertama bayi dilahirkan, tetapi harus dilakukan secara kontinyu sesuai dengan siklus kemanusian.
Selain itu, lanjut dia, ada program dari PKK untuk anak SMP dan SMA dengan memberikan vitamin untuk remaja putri yang mana suatu saat akan hamil dan melahirkan supaya tubuh bisa melahirkan bayi yang sehat. “Jadi kami akan cekokin didampingi oleh Dinas Kesehatan.
Untuk ibu hamil, kata Julie, dianggarkan untuk asupan gizi. Dan PKK juga wajib mengkampannyekan bahwa selama enam bulan itu wajib air susu ibu (ASI), karena haknya anak-anak.
“Jadi kami mempunyai asupan tambahan untuk ibu hamil dan menyesui. Selain itu anak-anak balita yang umurnya dari enam bulan sampai 24 bulan itupun kami anggarkan untuk asupannya. (L. Ng. Mbuhang)