JAKARTA, Beritalima.com– Pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mentargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini 5,3 persen. Bahkan, pada kuartal II tahun ini, Jokowi mentargetkan tujuh persen untuk merealisasikan pertumbuhan tahun 5,3 persen.
Banyak prasyarat untuk mengejar itu, salah satu pertumbuhan di kuartal II-IV harus mencapai 7 persen. “Jika Pemerintah masih mentargetkan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen, tahun ini pertumbuhan ekonomi harus 7 persen setiap kuartal. Jika ada satu kuartal yang capaiannya di bawah 7 persen, pupus harapan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen di tahun ini,” kata Anggota Komisi XI DPR RI, Heri Gunawan akhir pekan ini.
Hergun, begitu politisi Gerindra ini akrab disapa, menuturkan, APBN 2021 pertumbuhan ekonomi ditetapkan pada kisaran 4,5-5,5 persen. Namun, pada pertengahan Februari 2021, Menteri Keuangan Sri Mulyani merevisi menjadi 4,3-5,3 persen. Ada penurunan proyeksi 0,2 persen.
Pada kuartal I tahun ini, Sri Mulyani hanya berani memproyeksikan di kisaran -1 persen hingga 0,1 persen. Itu artinya, pada kuartal I-2021 ekonomi diperkirakan masih minus. Capaian minus pada kuartal I tahun harus ditutup dengan pertumbuhan yang tinggi pada kuartal-kuartal berikutnya merupakan penentunya.
Kondisi kuartal II tahun ini diprediksi belum sepenuhnya pulih. “Kuartal I tahun diprediksi masih minus, sehingga dibutuhkan dorongan super besar untuk mencapai pertumbuhan 7 persen pada kuartal II-2021.
Di sisi lain, memang ada yang positif pada kuartal II nanti. Setidaknya ada dua data yang menunjukkan optimisme itu. Pertama, Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI). Survei BI memperkirakan, kinerja sektor industri pengolahan meningkat dari 50,01 persen pada kuartal I tahun ini menjadi 55,25 persen atau berada dalam fase ekspansi pada kuartal II.
Kedua, lanjut Hergun, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI yang menunjukkan kegiatan dunia usaha terus menguat. Indikasinya, nilai saldo bersih tertimbang (SBT) kuartal II-2021 mencapai 18,87 persen dibanding 4,50 persen pada kuartal I-2021 dan minus 3,90 persen pada kuartal IV-2020.
Peningkatan terjadi pada seluruh sektor, terutama industri pengolahan, perdagangan, hotel, restoran, pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.
“Apalagi pada kuartal II tahun ini juga bertepatan dengan bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2021. Biasanya kedua momentum itu, masyarakat meningkatkan konsumsinya karena didorong penerimaan THR. Pemerintah memperkirakan penambahan konsumsi masyarakat Rp 215 triliun yang berasal dari THR dan Gaji ke-13 ASN Rp43 triliun, THR pekerja formal Rp100 triliun dan THR pekerja informal Rp72 triliun,” ungkap Hergun.
Pria asal Sukabumi, Jawa Barat ini menambahkan, data positif itu harus dibandingkan pula dengan proyeksi negatif dari IMF yang tidak bisa diabaikan begitu saja. IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi dari 4,8 persen menjadi 4,3 persen sepanjang tahun 2021.
“Padahal, untuk pertumbuhan ekonomi dunia, IMF memproyeksikan naik dari 5,5 persen ke 6 persen. Hergun berharap, pemerintah mempejari betul proyeksi IMF tersebut. “Bukan tidak mungkin proyeksi IMF lebih presisi dibanding proyeksi yang disampaikan Pemerintah,” demikian Heri Gunawan. (akhir)