Prajurit Indobatt 23-K Peringati Hari Sumpah Pemuda di Daerah Misi

  • Whatsapp

Prajurit Indobatt Konga XXIII-K/UNIFIL beberapa waktu lalu menyelenggarakan Upacara Peringatan Sumpah Pemuda Ke–89 Tahun 2017 dilapangan Sukarno Markas Indobatt, UNP 7-1 Adchit Al Qusayr, Lebanon.

Upacara tersebut diikuti oleh seluruh personel Prajurit Indobatt Konga XXIII-K/UNIFIL. Bertindak selaku Inspektur Upacara adalah Komandan Indobatt Konga XXIII-K/UNIFIL Letkol Inf Yudi Gumilar, S.Pd, dengan Komandan Upacara Kapten Inf Arif Candra Gunawan.

Rangkaian upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda dengan tema ‘Pemuda Indonesia Berani Bersatu’ tersebut diisi dengan pembacaan Pancasila oleh Inspektur Upacara, pembacaan Ikrar Sumpah Pemuda oleh Serda Yustendi, pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia 1945 oleh Sertu Muhammad Akbar dan pembacaan doa oleh Sertu Suwardi.

Komandan Indobatt Konga XXIII-K/UNIFIL Letkol Inf Yudi Gumilar, S.Pd, selaku Inspektur Upacara membacakan sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Imam Nahrawi. Ia mengatakan bahwa Sumpah Pemuda dibacakan di arena Kongres Pemuda ke-2 dan dihadiri oleh pemuda lintas suku, agama dan daerah.

Lebih lanjut Menpora mengatakan, sebagai pemuda kita tentu patut bersyukur atas sumbangsih para pemuda Indonesia yang sudah melahirkan Sumpah Pemuda. Oleh karena itu, kita harus meneladani langkah-langkah dan keberanian mereka hingga mampu menorehkan sejarah emas untuk bangsanya.

Dalam pidatonya beliau juga menyampaikan pesan Bapak Presiden Pertama Soekarno bahwa “Jangan mewarisi abu Sumpah Pemuda, tapi warisilah api Sumpah Pemuda. Kalau sekadar mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air. Tapi ini bukan tujuan akhir,” Pesan yang disampaikan oleh Bung Karno ini sangat mendalam khususnya bagi generasi muda Indonesia.

Diakhir pidatonya Mempora mengajak seluruh Pemuda Indonesia. Mari kita cukupkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Stop segala bentuk perdebatan yang mengarah pada perpecahan bangsa. Kita seharusnya malu dengan para pemuda 1928 dan juga kepada Bung Karno karena masih harus berkutat di soal-soal ini. Sudah saatnya kita melangkah ke tujuan lain yang lebih besar, yaitu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *