Bandung, “ Di musim hujan biasanya banyak warga yang khawatir datangnya musibah banjir atau longsor. Sebaliknya di musim kemarau banyak warga yang khawatir mengalami kekeringan air, gagal panen, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan kelangkaan air bersih. Fenomena ini terus berulang setiap tahun, dan seolah semua pasrah menerima apa adanya tanpa mau berikhtiar bagaimana upaya untuk mengantisipasinya agar hal yang sama tidak terus berulang. Terlebih saat ini di sebagian daerah Indonesia sudah mulai masuk musim kemarau “, demikian disampaikan oleh Pemerhati Lingkungan Hidup yang juga Ketua Umum Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Bandung, Minggu (28/6).
Untuk itulah perlu membangun kolektifitas pandangan terkait urgensi membangun sumur resapan di setiap rumah / bangunan. Terlebih bangunan yang memiliki tingkat kebutuhan air yang banyak, tentu membutuhkan sumur resapan lebih dari satu. Misalnya pembangunan kantor, pabrik atau hotel yang mana ada karyawan/ pekerja dan tamu yang pasti membutuhkan air bersih dalam volume yang besar, maka mereka seharusnya memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial untuk membangun beberapa sumur resapan, agar pengambilan air tanahnya tidak mengganggu air pemukaan yang dibutuhkan oleh warga sekitarnya. Ini tanggung jawb sosial yang harus ditunjukan dengan komitmen yang tinggi pada warga di sekitarnya.
Tanggung jawab sosial ini jangan hanya dilakukan di awal saja saat pembangunan membutuhkan persetujuan warga, tapi setelah pembangunan selesai warga pun diabaikan. Tanggng jawab sosial adalah tanggung jawab yang berkelanjutan, artinya selama bangunan tersebt dipergunakan maka mereka memiliki tanggung jawab untuk turut memperhatikan kebutuhan warganya. Kebutuhan yang dimaksud disini adalah kebutuhan air bersih warga sekitarnya. Ujar Dede.
Kemudian Dede juga menjelaskan bahwa sumur resapan merupakan salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah / bangunan agar air bisa meresap ke dalam tanah. Fungsinya untuk memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air hujan ke dalam tanah sehingga kandungan air dalam tanah akan selalu terjaga, dan juga bisa berfungsi untuk membantu mengendalikan banjir. Sumur resapan digali dengan kedalaman di atas muka air tanah, sedangkan sumur air minum digali lebih dalam lagi atau di bawah muka air tanah.
Jika masyarakat sudah tidak peduli dengan sumur resapan, maka krisis air bersih akan hadir lebih cepat dari yang diperkirakan. Untuk masyarakat di daerah dekat pegunungan mungkin sementara waktu tidak menjadi masalah, tetapi di daerah perkotaan dan pemukiman yang padat penduduk tentu akan sangat dirasakan. Coba saja lihat saat ini, jika tidak ada hujan sebulan saja akan banyak daerah yang menjerit karena kesulitan air, sementara saat di musim penghujan air hujan itu dibiarkan mengalir begitu saja seperti orang yang tidak butuh air. Oleh karena itu, mari bangun kesadaran dan tanggung jawab kolektif untuk menjaga kandungan air tanah dengan cara membuat sumur resapan minimal satu rumah satu. Pabrik yang banyak karyawan atau hotel yang banyak tamu sebaiknya membangun 5 – 10 sumur resapan. Jika ini mau dilakukan secara bersama – sama, maka saat musim kemarau tidak akan mengalami kekuarangan air yang berlebihan.
“ Mari kita ajak seluruh masyarakat untuk rajin menabung air hujan di sumur resapan guna menjaga terpenuhinya air di musim kemarau. Dalam waktu yang bersamaan juga perlu menggalakan peghijauan mulai dari rumah dan lingkungan masing – masing, agar asri, hijau dan memenuhi kebutuhan supply oksigen yang sehat bagi umat manusia “, pungkas Dede mengingatkan semua masyarakat.