SURABAYA, beritalima.com | Kota Surabaya menjadi pilot projek percontohan nasional dalam percepatan penurunan stunting. Wilayah yang dijadikan percontohan adalah, Kelurahan Pagesangan, Jambangan dan Kebonsari di Kecamatan Jambangan.
Camat Jambangan, Ahmad Yardo Wifaqo mengatakan, wilayahnya kali ini kedatangan tamu dari World Bank, Asisten Deputi Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden RI, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB), serta Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Dalam kesempatan ini, Yardo mengungkapkan, yang akan dijadikan percontohan adalah program Posyandu Prima. Program posyandu prima yang digagas oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya itu, diharapkan ke depannya bisa dijadikan motivasi dalam pengentasan balita stunting.
“Kami sangat berterima kasih kepada semua unsur yang terlibat di wilayah Kecamatan Jambangan. Kami harapkan (Posyandu Prima) ini tidak hanya dilakukan di Kota Surabaya, tapi juga di daerah lain,” kata Yardo, Kamis (16/2/2023).
Yardo menyatakan, di akhir tahun 2021 menjelang awal 2022 terdapat 23 balita stunting di wilayah Kecamatan Jambangan. Namun, jumlah itu tak bertahan lama, pada Februari 2023 hanya tersisa 10 balita stunting di wilayah kerjanya.
Agar 10 balita tersebut segera lolos stunting, strategi yang dilakukan antara lain, melakukan pembibitan ikan lele dan penanaman sayur. Sesuai arahan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, ia bersama jajarannya juga melakukan kerjasama dengan berbagai instansi, dalam percepatan penurunan balita stunting.
“Alhamdulilah ada beberapa CSR dari perusahaan yang memberikan bantuan berupa barang maupun uang, kemudian diberikan langsung kepada penerima manfaat. Selain itu, kami juga menerima bantuan berupa bibit ikan lele, yang diolah oleh ibu-ibu, untuk dijadikan abon, dan disalurkan kepada balita stunting,” papar Yardo.
Sementara itu, Kepala Puskesmas (Kapus) Kebonsari, Reyner Meilaksana Sumbung menerangkan, salah satu strategi dalam penanganan stunting di wilayah Kecamatan Jambangan, bukan hanya Posyandu Prima, namun juga ada inovasi Posyandu Asik.
Di dalam Posyandu Asik, terdapat komunitas ibu-ibu yang anaknya mengalami stunting. Menurut Reyner, di dalam komunitas itu ibu-ibu tersebut, pemkot melalui puskesmas memberikan penyuluhan serta motivasi terkait penanganan stunting.
“Karena penanganan stunting bukan proses mudah, sehingga kami juga harus memberikan motivasi agar orang tua semangat memberikan asupan makanan kepada anaknya. Sehingga bisa terbebas dari stunting,” ujarnya.
Asisten Deputi Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wapres, Abdul Muis dalam kunjungannya menyampaikan, program inovasi Posyandu Prima adalah layanan konvergensi dan intervensi stunting terbaik. Muis berharap, program inovasi Pemkot Surabaya itu, dapat diterapkan di seluruh wilayah Indonesia.
Menurut Muis, program yang dijalan oleh Pemkot Surabaya sejalan dengan perintah Presiden RI Joko Widodo. Seperti halnya pendidikan anak usia dini, penyediaan air minum, penambahan fasilitas kesehatan, dan sebagainya.
“Layanan terpadu di Posyandu Prima inilah yang dijadikan contoh dan sekarang dikembangakn oleh Kemenkes. Karena komitmen, perencanaan, dan anggarannya ada, bahkan dengan sistem pemerintahanya yang sudah elektronik, ini sesuai perintah Pak Presiden. Dan itu sudah diterapkan di Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Jambangan,” ungkap Muis.
Ke depannya, imbuh Muis, Posyandu Prima akan dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Bappenas dan didukung oleh World Bank. Tujuannya, adalah untuk percepatan penurunan angka stunting di Indonesia, khususnya Kota Surabaya.
“Ini merupakan sebuah potensi untuk percepatan stunting. Kita saat ini bersama Kemenkes sedang merancang, bagaimana Posyandu Prima bisa diterapkan di lapangan, dan diperkuat secara elektronik untuk percepatan stunting,” pungkasnya. (*)