Oleh Fatih Abdul Aziez
BANYAK Iklan di bulan Ramadhan ini memunculkan propaganda tentang “Raih Kemenangan Hari Raya”. Dan propaganda ini berlangsung terus secara konsisten dari tahun ke tahun. Kemenangan yang di propagandakan iklan-iklan di televisi itu tak jauh-jauh dari sekedar tersedianya aneka kue lebaran, warna warni sirup berbagai rasa, minuman bersoda, baju baru, cat rumah, alas kaki, kendaraan baru dan aneka perangkat lainnya.
Jadi, perkara siapa yang menang, menang memperjuangkan apa, siapa memenangkan apa, dan jenis kemenangan yang bagaimana, sebagaimana dipropagandakan iklan-iklan itu melulu urusan selera mulut, kenyangnya perut, indahnya penampilan, dan apa yang mendatangkan kesenangan.
Repotnya, tentu banyak saja jumlah korban akibat propaganda ini. Karena para korban ini, sejauh telah tersedia aneka produk tersebut, maka sensasi kemenangan itu seolah sudah diraih.
Sepanjang rumah sudah dicat baru, sejauh telah tersedia pakaian baru, sandal baru, tersedia stok aneka minuman dan kue-kue, maka seolah Ia telah benar-benar merasa menang.
Tapi begitulah pada umumnya watak propaganda Iklan. Ia tidak pernah menyentuh yang substansial. Apalagi yang hakiki. Karena menang yang hakiki pasti bukan cuma urusan kepuasan raga. Menang yang substantif pasti bukan sekedar urusan-urusan yang sesaat. Ia pastilah menang yang memiliki dampak, bernilai tinggi, dan mahal.
Dan untuk meraihnya jelas ada sebentuk perjuangan dan mesti melewati aneka ujian pengorbanan. Dan jika konteksnya Hari Raya, maka kemenangan yang sedang dibahas ini pastilah kemenangan yang diraih setelah berjuang selama sebulan penuh di Ramadhan. Bukankah ada ungkapan, “Siapa yang tak Berjuang, ia tak akan merasakan Kemenangan”.
.
Kemenangan Hari Raya dengan demikian sejatinya adalah buah dari sebentuk perjuangan sebelumnya. Ia tak datang tiba-tiba dengan percuma. Ia tak dapat diraih dengan kenihilan upaya. Ia cuma diberikan kepada siapa yang rela bersungguh upaya.
Menyitir firman Allah di Surah Al Baqarah ayat 183, bahwa Ramadhan adalah bulan diwajibkannya Puasa. Dan hasil akhir yang hendak dituju oleh orang-orang yang berpuasa adalah taqwa. Taqwa inilah yang layak kita predikatkan sebagai bentuk kemenangan sesungguhnya. Karena menjadi pribadi taqwa pastilah tidak mudah. Namun itulah tantangannya, sesuatu yang tidak dicapai dengan mudah, pasti ganjarannya juga bukan sesuatu yang murah. Yaitu Surga.
Alhasil, alih-alih menjadi korban propaganda aneka iklan televisi itu, mari kita sibukkan diri mencari sesuatu yang jauh lebih menguntungkan; menjadi pribadi yang menang dan meraih kemenangan yang hakiki. Sementara kemenangan hakiki tetap dicari, aneka hidangan kue lebaran, minuman ringan, pakaian dan sandal baru itu tetap boleh dinikmatisebagai kelapangan rezeki yang wajib di syukuri.