Properti Indonesia Bisa Tumbuh Bak Australia Dengan Dukungan Perbankan

  • Whatsapp

AUSTRALIA, beritalima.com | Manajer Penjualan Crown Group Indonesia, Reiza Arief, mengatakan, sistem perbankan di Australia memungkinkan para nasabahnya untuk melakukan refinancing atas Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA) unit pertamanya meskipun cicilan belum selesai.

Menurut Alumnus Monash University Melbourne yang sudah lebih dari 1 dekade berkecimpung di dunia properti Australia ini, refinancing (pelunasan pinjaman dengan mengajukan pinjaman baru yang bunganya lebih rendah) ini biasanya dilakukan konsumen ketika KPA mereka sudah berjalan 5 tahun dengan asumsi sudah terjadi kenaikan nilai unit pertama hingga 50%.

“Dan perbankan di Australia bisa memberikan pinjaman KPA kedua kepada konsumen hingga 80% dari harga unit yang ditawarkan,” jelas Reiza pada beritalima.com, Senin (15/3/2021).

Memperkuat keterangan Reiza, Sally Tindal selaku Direktur Riset RateCity.com mengatakan, bank-bank besar bersaing untuk mendapatkan komitmen dari pembeli yang ingin memasuki pasar properti yang sedang panas-panasnya.

“Selama suku bunga tetap di atas nol, kemungkinan akan ada lebih banyak pemotongan dalam minggu-minggu mendatang, karena bank bersaing untuk tingkat rekor pinjaman baru yang akan segera masuk,” ujarnya.

Menurutnya, 4 bank besar dan terbesar kedua di Australia telah memangkas 0,20% suku bunga pinjaman kepemilikan rumah dengan suku bunga tetap untuk dua dan tiga tahun bagi para pemilik rumah baru dan suku bunga tetap untuk investor untuk periode dua tahun.

Bank pertama dan tertua di Australia, Westpac, telah mengeluarkan suku bunga terbaru dengan suku bunga tetap selama dua tahun untuk pinjaman rumah bagi owners occupiers sebesar 1,79% dan 1,88% untuk suku bunga tetap selama tiga tahun.

Menurut Reiza Arief sendiri, perbankan di Australia bisa memberikan pinjaman kedua mengingat nasabah akan membayar cicilan KPA dari pendapatan sewa. Dan saat ini tingkat kekosongan unit di Australia rata-rata 1,9%, artinya sangat sedikit unit apartemen yang tidak disewa atau tidak terisi.

“Kondisi ini memang agak berbeda dengan Indonesia dimana rata-rata tingkat kekosongan unit apartemen mencapai 40% – 50%, sementara bunga KPA terutama untuk refinancing lebih tinggi di kisaran 5% (Fixed rate) hingga 10% (Float rate),” tandasnya.

“Di kondisi pasar saat ini, akan sangat membantu apabila perbankan Indonesia mengikuti langkah perbankan Australia yang menurunkan suku bunga hingga dua kali pada tahun 2020 kemarin untuk memberikan stimulus pada pasar properti,” tambahnya.

Reiza juga menjelaskan, tingkat kekosongan unit apartemen di Australia bisa begitu rendah karena pemerintah Australia betul-betul menjaga titik ekulibrium antara pasokan dengan permintaan.

Pemerintah Australia menjaga ketat pasokan dan kebutuhan akan properti melalui beberapa mekanisme regulasi seperti izin membangun yang ketat, pembatasan zona pembangunan dan regulasi perbankan.

Namun dia pun menambahkan, pihak pengembang juga harus memiliki pondasi keuangan internal yang sehat, karena pihak perbankan hanya akan memberikan pinjaman untuk pembangunan proyek hunian sebesar 50% dari nilai proyek.

Dan lagi, lanjut dia, valuasi nilai apartemen di Australia ditentukan oleh perbankan, sehingga jarang ada apartemen yang dijual secara over priced. Semua ini dimungkinkan karena hampir 90% warga Australia membeli unit apartemen dengan menggunakan kredit perbankan.

Tidak hanya itu, status kepemilikan yang bersifat free hold atau SHM atas unit apartemen yang diberikan oleh pemerintah Australia kepada setiap pemilik unit apartemen meskipun orang asing.

Juga, cara pembayaran yang sangat ringan jika dibandingkan di Indonesia, dimana calon pembeli hanya diwajibkan membayar 10% dari nilai properti yang diinginkan. Dan itu tidak boleh ditransfer kepada pengembang, tapi ke Trust Account, karena pengembang dilarang keras menerima uang konsumen bila proyek hunian belum selesai dibangun.

“Sementara sisanya akan dibayarkan ketika hunian sudah selesai dibangun. Pembeli baru mulai membayar cicilan KPA setelah unit diserahterimakan, sedikit berbeda dengan kondisi di Indonesia dimana cicilan sudah dimulai bahkan sebelum properti selesai dibangun,” terang Reiza.

“Itulah sebab mengapa banyak pembeli asing menjadikan Australia sebagai tujuan utama untuk investasi properti, atau yang mereka sebut dengan ‘ternak properti,” pungkasnya. (Ganefo)

Teks Foto: Sydney, Australia, Senin (15/3/2021).

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait