BANYUWANGI, beritalima.com – Komitmen PT Bumi Suksesindo (BSI) untuk menjaga keanekaragaman hayati di area Tumpang Pitu terus terjaga hingga saat ini. Hal ini dipertegas saat upacara peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia di lapangan olahraga PT BSI, Jumat (5/6).
Untuk memenuhi protokol Covid-19, panitia membatasi jumlah peserta upacara. Semua peserta diwajibkan memakai masker. Setelah upacara, kegiatan dilanjut dengan penanaman pohon Sewage Treatment Plant (STP).
“PT Bumi Suksesindo melalui Departemen Lingkungan sudah ikut melaksanakan dan mengampanyekan agenda ini sejak tahun 2017 dan berlanjut hingga sekarang,” terang Senior Manager External Affairs PT BSI, Sudarmono.
Di kawasan Tujuh Bukit Operations (TBO), lanjut Sudarmono, tercatat 150-an spesies satwa liar (burung, mamalia, reptil, dan amfibi) dan lebih 300 spesies tumbuhan. Di antara satwa liar yang ada terdapat jenis-jenis dilindungi, terancam punah, dan endemik Pulau Jawa. Perusahaan menjalankan program konservasi yang berkelanjutan untuk mempertahankan kelestariannya.
Keberadaan satwa liar ini bisa disaksikan di area hutan yang ada di sekitar area operasi PT BSI. Mereka hidup berdampingan dengan para pekerja yang setiap hari beraktivitas di tambang.
Sejak awal beroperasi, PT BSI telah membuat rencana penambangan dengan memperhatikan keseimbangan keanekaragaman hayati yang ada di areanya. Perusahaan tidak membuka keseluruhan wilayah IUP-nya. Selain untuk efektivitas, hal ini juga bertujuan untuk membatasi gangguan terhadap tumbuhan. “Kita hanya membuka area yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional,” kata Sudarmono.
Sudarmono menambahkan, perusahaan telah menetapkan aturan dan langkah-langkah preventif dan kuratif di bidang pengelolaan lingkungan: melarang karyawannya membuat api di area terbuka maupun di dalam hutan; melarang berburu satwa liar; menyelamatkan biji dan tunas untuk digunakan dalam reklamasi, melakukan penanganan insiden satwa liar, melakukan pengayaan habitat dengan penanaman pohon pakan bagi satwa liar.
“Kita juga telah mencetak buku flora dan fauna untuk dokumentasi dan publikasikasi,” kata Sudarmono.
Hingga saat ini, kegiatan reklamasi dan rehabilitasi di TBO telah mencapai 56 hektare lebih. Kegiatan ini dilakukan secara progresif tanpa harus menunggu kegiatan penambangan selesai keseluruhan atau pascatambang. Lebih jeIasnya, ketika ada bidang lahan yang sudah tidak dipakai untuk kegiatan operasional, langsung direklamasi.
(bi)