JAKARTA, Beritalima.com– Pariwisata merupakan masa depan Indonesia, dan menjadi pilihan strategis dalam menopang perekonomian. Sektor wisata ini menyumbang devisa cukup besar buat negara dan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Tahun lalu, sektor ini menyumbang devisa Rp 202,1 triliun. Tahun sebelumnya Rp 177,2 triliun.
Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, Kementerian Pariwisata dengan Dinas Parawisata Kabupaten Kutai Kartanegara kerjasama melakukan Bimbingan Teknis (Bimtek) Sinkronisasi Promosi Pariwisata Indonesia untuk Pasar Eropa. Bimtek diikuti sedikitnya 60 pelaku pariwisata setempat.
Tampil sebagai pembicara kunci (keynote speaker) Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian. Sedangkan pembicara lain adalah Solahuddin (Ketua DPRD), Sri Wahyuni (Kepala Dinas Pariwisata) dan Tri Wahyuni (Kepala Sub Direktorat Eropa III Kemenpar).
Hetifah yang juga wakil rakyat dari Dapil Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mengatakan optimis dirinya terhadap sektor pariwisata di Indonesia. Bahkan menurut dia, capaian di sektor pariwisata sudah bagus.
Namun, terkadang usaha menarik wisatawan terkendala faktor alam, misalnya erupsi gunung berapi atau bencana gempa seperti yang terjadi di Lombok. Ini juga berpengaruh kepada wisatawan manca negara berkunjung ke Indonesia.
Karena itu, Hetifah berharap, pemerintah bisa menjadikan daerah lain seperti Kaltim sebagai destinasi baru atau alternatif. “Ini justru momentum buat Kaltim menjadi destinasi alternatif yang potensial. Kaltim punya objek wisata menarik. Karena itu, Kaltim siap menggantikan destinasi Bali dan Lombok,” jelas Hetifah.
Ketua Umum Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) ini menjelaskan, pendidikan vokasi untuk pariwisata di Kalimantan Timur harus tingkatkan. Soalnya, selama ini kalau bicara Kaltim masih selalu identik dengan tambang. Dan, pusat masih menganggap Kaltim potensinya hanya tambang, sektor pariwisata dianggap kurang.
Karena itu, kata Hetifah, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) wisata di Kaltim juga menjadi hal penting diperhatikan dan ditingkatkan. “Pendidikan khusus tentang pariwisata setingkat D4 sudah harus ada di Kaltim ini,” tegas perempuan berhijam ini.
Menurut politisi senior Partai Golkar ini, permasalahan atau kendala yang dihadapi antara lain soal pemerataan kontribusi destinasi, misalnya Bali. Padahal Kaltim sangat berpotensi, Kaltim sangat kaya akan biodiversity.
Yang kedua soal penerbangan. Harus ada upaya ditambah seat-nya, alokasi maskapai ditambah untuk beberapa tujuan dalam dan luar negeri, sehingga secara jangkauan para wisman mudah berkunjung ke Kaltim.
Pada kesempatan tersebut, Ketua DPRD Kutai Kartanegara, Solahuddin mengapresiasi kegiatan ini dan secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Hetifah yang telah membukakan jaringan pemerintah pusat ke daerah Kutai Kartanegara. “Ibu Hetifah merupakan anggota DPR RI yang mau turun ke daerah, untuk melihat langsung kondisi daerah.”
Kegiatan seperti ini akan memberikan pengaruh yang luar biasa, dan bahkan menjadi energi baru bagi kita. “Ini akan menjadi momentum untuk pariwisata menjadi unggulan,” lanjut Solahuddin.
Kasubdit Pemasaran Eropa III Kemenpar, Titik Wahyuni menyampaikan sinkronisasi berarti menyelaraskan antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah, yang artinya harus ada sinergi. “Semangat pariwisata ada tiga yaitu: solid, speed, dan smart. Bagaimana mengolah, mengemas, dan mendeviasi produk pariwisata,” terang dia.
Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata Kukar, Sri Wahyuni menyampaikan, Kukar mempunyai daya tarik tersendiri. Data sampai dengan 2017 menunjukkan, wisata mancanegara terbanyak yang berkunjung ke Kaltim adalah Singapura, Australia, Malaysia.
Namun, kunjungan wsiatawan asing ke Kalimantan Timur, Kutai Kartanegara khususnya terkendala beberapa hal seperti transportasi. “Perlu aktivasi bandara Balikpapan ke mancanegara di banyak tujuan, karena ini bandara internasional. Kebanyakan wisman masuk dari Bali. Dari Bali pun maskapai Citilink tidak setiap hari,” demikian Sri Wahyuni. (akhir)