SURABAYA, Beritalima.com|
Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam mengimplementasikan keinginannya. Terkadang sebagian orang menganggap aneh, lucu atau menggelikan. Tetapi sebagian orang lagi, menilai itu hal yang wajar. Seperti yang diungkapkan oleh rektor universitas Airlangga Profesor M. Nasih dalam sebuah kesempatan bertemu dengan awak media.
Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM), merupakan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang bertujuan untuk mendorong mahasiswa agar menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja, sekaligus sebagai bekal masa depan mereka. Kampus Merdeka memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memilih mata kuliah yang akan mereka ambil.
Pertukaran Mahasiswa merupakan kegiatan mahasiswa untuk mengambil kelas atau semester di perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri, berdasarkan perjanjian kerjasama yang sudah diadakan oleh Pemerintah dan /atau UNAIR.
“Jadi yang pertama, untuk memperkuat lagi implementasi dari merdeka belajar dan kampus merdeka, Unair saat ini sedang memformulasikan merestrukturisasi lagi beberapa mata kuliah, termasuk aktivitas kampus dengan lebih terintegrasi lagi. Integrasi kami lakukan dengan menggabungkan antara mata kuliah pilihan KKN, dan sekaligus pengerjaan tugas akhir, sehingga nanti ketika mereka sudah masuk di semester 6, 7, 8, atau khususnya yang ada di posisi posisi akhir, mereka akan bisa mengikuti KKN itu di berbagai macam tempat, tidak hanya di desa saja, tetapi juga di dunia industri. Bahkan juga bisa KKN di rumah masing-masing, dengan mengembangkan kewirausahaan atau apapun namanya,” terang Prof. Nasih.
Menurut Prof Nasih, tentu ini akan mendorong masing-masing mahasiswa untuk mendapatkan 1 dosen pengampu, yang akan mengambil beberapa mata kuliah pilihan, sekaligus KKN dan sekaligus juga tugas akhirnya.
“Dengan begitu implementasi dari kampus merdeka-merdeka belajar, akan bisa lebih berkembang lagi dan lebih terimplementasikan dengan sebaik-baiknya. Sehingga dalam satu semester itu bisa tinggal 20 SKS akan selesai, dan semester berikutnya mereka bisa mengikuti, tinggal ujian sajalah. Istilahnya begitu itu yang berkaitan dengan MBKM Merdeka Belajar- Kampus Merdeka. Implementasi selama ini sudah sangat banyak, sudah ribuan mahasiswa kita yang terlibat di dalamnya, memang tidak merata, ada beberapa yang sangat-sangat banyak itu karena mereka memang memiliki orientasi yang berbeda,” sambung Prof Nasih.
“Tujuan mereka kuliah kan macam-macam ya, ada yang pengen jadi profesional, ada yang ingin menjadi wirausaha, ada yang ingin menjadi peneliti atau akademisi. Ya semua kita tampung, semua kita berikan ruang untuk bisa menyelesaikan itu dengan secepat-cepatnya. Berkaitan dengan Kampus Merdeka- Merdeka Belajar, jadi yang membedakan adalah format-format atau polanya punya pengembangan dari apa yang kita lakukan selama ini,” lanjutnya.
“Yang pertama adalah, bahwa kalau secara nasional kan bisa mengikuti mekanisme yang ada di kementerian, bahkan ada beberapa program itu yang lewatnya mesti lewat ke sana. Untuk memantapkan itu, tentu kami ingin ada independensi atau kemandirian dalam pelaksanaan itu, sehingga kami punya kebijakan untuk bisa melakukan sendiri pelaksanaan MBKM,” tandasnya.
Lebih jauh, Prof Nasih mengatakan bahwa pihaknya sudah menyampaikan aktivitas-aktivitas itu secara internal di lingkungan tetangga, artinya tidak semua harus melalui Jakarta dengan format-format yang sudah kita tetapkan tadi. Karena untuk bisa mencapai misalnya 20 SKS mereka melakukan kuliah di berbagai macam tempat itu, kan waktunya terbatas, kalau harus hanya mengikuti aturan Kemendikbud, tentu hal ini sangat-sangat terbatasi, oleh karena itu kita ingin secara mandiri mengimplementasikan dan membuat kebijakan untuk Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka.
“Sejak lama kita sudah memberikan penghargaan bagi mereka-mereka yang mampu secara mandiri sesuai dengan minat mereka masing-masing. Program magang itu kan semuanya diharapkan punya 1 tema strategis dalam sistem politik, salah satunya adalah relevansi. Nah tentu program magang ini ditujukan oleh Unair agar para mahasiswa yang orientasinya nanti menjadi profesional, menjadi pegawai, dan barangkali itu akan bisa mendapatkan pengalaman- pengalaman kerja secara lebih awal, dan tentu dengan mekanisme begitu, maka akan jauh lebih dekat dengan dunia industri di mana mereka nanti akan mengembangkan karirnya. Pada sisi yang lain, dunia industri juga sering barangkali membutuhkan, ya support tenaga dari mahasiswa-mahasiswa kita,” paparnya.
Prof Nasih menyebutkan, di level akhir untuk menangani berbagai macam hal pihaknya selalu memberikan dorongan, sehingga semua mahasiswa kita yang orientasinya adalah menjadi pekerja-pekerja, kita dorong untuk ikut magang di sana. Kalau ada mahasiswa yang ingin menjadi konglomerat, kita dorong mereka untuk menjadi wirausahawan- wirausahawan dengan program startup. Kalau ada mahasiswa yang pengennya dari akademisi kita dorong mereka untuk magang di lembaga-lembaga penelitian, sehingga mereka akan terus bisa melatih ke- akademika-annya penelitian, dan termasuk dunia-dunia akademis, sehingga tidak ada ruang satupun yang kemudian mereka merasa tidak sesuai dengan keinginan mereka.
“Jadi kita petakan itu ke arah yang begitu ketika lulus, mereka sudah punya bekal yang relevan dengan tujuan hidup mereka di masa yang akan datang. Kalau ada yang misalnya ingin jadi istrinya dokter saja, kita antar kan mereka untuk kuliah bersama-sama dengan bidang fakultas kedokteran, jika mereka bisa
ketemu lama-lama akan bisa menjalin hubungan untuk menjadi istrinya dokter,” pungkasnya dengan senyum mengembang.(Yul)